Wednesday 18 April 2018

Hukum transaksi forex dalam islam


Forex dalam Hukum Islam.


Sábado, 03 de fevereiro de 2007.


Forex dalam Hukum Islam.


Oleh sementara fuqaha (ahli fiqih Islam), teve tersebut ditafsirkan secara saklek. Pokoknya, setiap praktik jual beli yang tidak ada barangnya pada waktu akad, haram. Penafsiran secara demikian itu, tak pelak lagi, membuat fiqih Islam sulit untuk memenuhi tuntutan jaman yang terus berkembang dengan perubahan-perubahannya.


Pihak-pihak pelaku transaksi (& # 8216; aqid) yang disebut dengan istilah muçulmano atau muslim ilaih. Objek transaksi (ma & # 8217; qud alaih), yaitu barang-barang komoditi berjangka dan harga tukar (ra al-mal al-salam dan al-muçulmano fih). Kalimat transaksi (Sighat & # 8216; aqad), yaitu ijab dan kabul. Yang perlu diperhatikan dari unsur-unsur tersebut, adalah bahwa ijab dan qabul dinyatakan dalam bahasa dan kalimat yang jelas menunjukkan transaksi berjangka. Karena itu, ulama Syafi & # 8217; iyah menekankan penggunaan istilah al-salam atau al-salaf di dalam kalimat-kalimat transaksi itu, dengan alasan bahwa & # 8216; aqd al-salam adalah bay & # 8217; Al-Ma & # 8217; dum dengan sifat dan cara berbeda dari akad jual dan beli (comprar). b) Syarat-syarat.


Persyaratan menyangkut objek transaksi, adalah: bahwa objek transaksi harus memenuhi kejelasan mengenai: jenisnya (um yakun fi jinsin ma & # 8217; lumin), sifatnya, ukuran (kadar), jangka penyerahan, harga tukar, tempat penyerahan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh harga tukar (al-tsaman), adalah, Pertama, kejelasan jenis alat tukar, yaitu dirham, dinar, rupia atau dolar dsb atau barang-barang yang dapat ditimbang, disukat, dsb. Kedua, kejelasan jenis alat tukar apakah rupiah, dolar Amerika, dolar Singapura, dst. Apakah timbangan yang disepakati dalam bentuk quilograma, lagoa, dst.


Hukum Forex Dalam Islam e Dalilnya.


Forex yang berasal dari kata Trocas estrangeiras merupakan pertukaran mata uang asing atau valas yang ditukar berdasarkan pasangan pasangannya atau pares secara online. Perdebatan mengenai halal atau haram forex ini sebetulnya sudah diselesaikan dari Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.28 / DSN-MUI / III / 2002 Tentang Jual Beli Mata Uang [Al-Sharf]. Namun, dalam fatwa ini tidak dikatakan dengan tegas mengenai hukum trading dalam Islam ini.


Dalam fatwa ini hanya disebutkan mengenai trading forex dalam artian umum dimana transaksi jual beli uang prinsipnya diperbolehkan dengan ketentuan seperti:


Tidak untuk spekulasi atau untung untungan Terdapat kebutuhan transaksi atau untuk berjaga jata dan simpanan Jika transaksi dilakukan pada mata uang sejenis, maka nilainya harus sama dan tunai [em taqabudh] Jika transaksi yang idlakukan berlainan jenis, maka harus dilakukan dengan nilai tukar atau kurs yang berlaku Disaat transaksi dan dilakukan secara tunai. Al tsaman: Kejelasan dari jenis alat tukar yakni dirham, dinar, Rupiah, Dólar dan sebagainya atau berupa barang yang bisa ditimbang. Kejelasan objek transaksi: Kejelasan dari kualitas objek transaksi apakah memiliki kualitas istimewa, sedang atau buruk. Ini dilakukan untuk menghilangkan jahala fi al aqd atau alasan tentang ketidaktahuan tentang kondisi barang di saat transaksi sebab akan menimbulkan perselisihan diantara pelaku transaksi dan merusak nilai transaksi.


MUI memberikan fatwa jika transaksi jual beli mata uang diperbolehkan jika tidak dilakukan untuk spekulasi. Ini mengartikan jika transaksi jual beli mata uang akan berubah hukumnya menjadi haram jika dilakukan atas dasar spekulasi sebab masuk ke dalam jenis judi.


MUI juga memberikan fatwa jika ini diperbolehkan apabila terdapat kebutuhan transaksi atau untuk simpanan. Ini mengartikan jika kebutuhan transaksi mu & # 8217; amalah seperti viajando, membayar hutang dalam Islã pada orang como dan sebagainya bukan dilakukan karena sengaja mencari keuntungan dari perubahan nilai kurs tersebut.


Madharatnya, jika jual beli mata uang yang dilakukan hanya untuk mencari keuntungan maka hukumnya adalah haram. Namun, negociação de forex yang dilakukan selalu memiliki tujuan untuk mencari keuntungan dari perubahan nilai mata uang tersebut dan tidak pernah bertujuan untuk simpanan. Dengan ini, maka bisa disimpulkan jika trading forex hukumnya adalah haram.


Hukum Islam Tentang Transaksi Valas.


Ada beberapa persyaratan dalam Islam yang berhubungan dengan masalah transaksi valas seperti ulasan dari kami dibawah ini.


Transaksi valas harus dilakukan dengan adanya ijab qobul yakni perjanjian memberi dan juga menerima. Penjual harus menyerahkan barang dan pembeli juga harus membayarnya dengan tunai dan ijab qobul bisa dilakukan dengan cara lisan, utusan ataupun tulisan. Pembeli dan penjual juga memiliki hak penuh untuk melaksanakan dan melakukan segala tindakan hukum yakni dewasa dan berpikiran yang sehat.


Transaksi valas yang dilakukan juga harus memenuhi syarat yang dijadikan objek transaksi jual beli. Barang tersebut harus merupakan barang suci dan bukan barang yang najis serta bisa memberikan manfaat, bisa diserahterimakan dan bisa dijual atau dibeli no pemiliknya atau kuasa atau izin pemiliknya. Selain itu, barang yang sudah ada di tangan apabila barang tersebut didapat dengan imbalan.


Hadit Tentang Jual Beli Dalam Islam.


Dalam Islam sendiri juga terdapat beberapa hadits yang mengulas tentang jual beli di dalam Islam dan diarania adalah sebagai berikut.


Jual beli barang yang tidak dilakukan pada tempat transaksi diperbolehkan dengan syarat harus dijelaskan sifat dan ciri cirinya. Apabila barang sesuai dengan keterangan yang diberikan penjual, maka jual beli tersebut menjadi sah. Namun jika tidak sesuai, maka pembeli memiliki hak khiyar yakni diperbolehkan untuk meneruskan atau membatalkan jual beli tersebut.


"Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, maka ia berhak khiyar jika ia telah melihatnya & # 8221; . [Hadits Nabi riwayat Al Daraquthni dari Abu Hurairah]


Allah SWT juga berfirman jika kegiatan jual beli adalah perbuatan yang halal namun untuk urusan macam macam riba merupakan kegiatan yang diharamkan.


& # 8220; Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba & # 8230; & # 8221;


Kegiatan jual beli hanya diperbolehkan jika dilakukan atas dasar kerelaan dari dua belah pihak.


Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak) e # 8221 ;, [HR. albaihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih por Ibnu Hibban].


Rasulullah SAW bersabda jika dalam jual beli emas dalam Islam selayaknya dilakukan dengan nilai yang sama dan tidak ditambahkan sebagian. Dengan kata lain, nilai jual tidak boleh melebihi dari nilai barang tersebut.


& # 8220; Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagaian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai. & # 8221;


Dalam sebuah riwayat dikatakan jika perjanjian yang dilakukan sesama umat muslim boleh dilakukan. Namun, jika perjanjian tersebut adalah haram atau menghalalkan yang haram maka hal ini tidak diperbolehkan.


& # 8220; Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslim, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslim terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. & # 8221;


Dalil Mengenai Jual Beli.


Diantara dalil dalil yang memperlihatkan jika hukum jual beli mata uang yang dihukumi dengan emas dan perak atau dinar dan dirham, maka dilakukan dengan kontan dan tanpa berhutang sedikit pun atau meminjamkan uang dalam Islam. Berikut beberapa dalil yang menunjukkan hukum ini.


Emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya & # 8217; ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya, ir, korma dijual dengan korma, dan garam dijual dengan garam, ( takaran / timbangannya) harus sama dan kontan. Barang siapa yang menambah atau meminta tambahan maka ia telah berbuat riba, pemberi dan penerima dalam hal ini sama. & # 8221;


Al Bukhary dan Muslim.


& # 8220; Janganlah engkau menjual emas ditukar dengan emas melainkan sama dengan sama, dan janganlah engkau melebihkan salah satunya dibanding lainnya. Janganlah engkau menjual perak ditukar dengan perak melainkan sama dengan sama, dan janganlah engkau melebihkan salah satunya dibanding lainnya. Dan janganlah engkau menjual salah satunya diserahkan secara kontan ditukar dengan lainnya yang tidak diserahkan secara kontan. & # 8221;


& # 8221; Dan bila ia meminta agar engkau menantinya sejenak hingga ia masuk terlebih dahulu ke dalam rumahnya sebelum ia menyerah barangnya, maka jangan sudi untuk menantinya. Sesungguhnya aku khawatir kalian melampaui batas kehalalan, dan yang dimaksud dengan melampaui batas kehalalan ialah riba. Janganlah engkau menjual emas ditukar dengan emas melainkan sama dengan sama, dan janganlah engkau melebihkan salah satunya dibanding lainnya. Janganlah engkau menjual perak ditukar dengan perak melainkan sama dengan sama, dan janganlah engkau melebihkan salah satunya dibanding lainnya. Dan janganlah engkau menjual salah satunya diserahkan secara kontan ditukar dengan lainnya yang tidak diserahkan secara kontan. Janganlah engkau menjual perak ditukar dengan emas, salah satunya tidak diserahkan secara kontan sedangkan yang lainnya diserahkan secara kontan. & # 8220;


Transaksi Yang Dilarang Dalam Islam.


Dalam Islam sendiri sudah diatur sedemikian rupa mengenai apa saja transaksi yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan atau contoh jual beli terlarang.


Pelaksanaan transaksi harus dilakukan atas dasar prinsip hati hati dan tidak diperbolehkan jika dilakukan atas dasar spekulasi atau manipulasi yang didalamnya terkandung unsur riba, gharar, risywah, kezhaliman dan juga kemaksiatan.


Beberapa transaksi yang diharamkan dalam arti mengandung unsur riba, gharar, risywah, maizir, maksiat dan kezhaliman diantaranya adalah:


Bai & # 8217; al ma dum: Melakukan penjualan atas barang atau efek syariah yang belum dimiliki atau venda curta. Najsy: Memberikan atau melakukan penawaran palsu. Insider trading: Menggunakan informasi dari orang dalam yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari sebuah transaksi yang dilarang. Memberikan informasi yang menyesatkan Negociação de margens: Melaksanakan transaksi dengan efek syariah dan fasilitas pinjaman berbunga atas kewajiban penyelesaian efek syariah itu. Ihtikar atau penimbunan: Melakukan pembelian atau mengumpulkan sebuah efek syariah sehingga menyebabkan harga efek syariah dengan memiliki tujuan untuk mempengaruhi pihak lainnya.


Demikian ulasan dari kami mengenai hukum forex dalam Islam. Dengan ulasan ini, semi bisa memberikan banyak manfaat dan bisa menjalankan bisnis tanpa unsur spekulasi akan tetapi dengan benar dipakai analisa sehingga hasil yang didapatkan akan menjadi halal dan sukses menurut Islam.


Fatwa MUI Forex Halal atau Haram Dalam islam.


IDRForex - Pembahasan kali ini mencakup tentang apakah forex halal atau haram, Apakah forex sama dengan judi, dan bagaimana hukum forex dalam Islam. Forex adalah salah satu bisnis yang dapat dilakukan secara online. Karena bisnis ini berfisat pulksibel, artinya dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, tidak heran apabila semakin banyak orang tertarik untuk menggeluti bisnis perdagangan valas ini. Namun, disis na negociação Forex menimbulkan polemik baru. Hingga saat ini masih banyak perdebatan apakah forex halal atau haram. Mungkin anda saat ini pun juga sedang mencari tahu kebenaran tentang halal atau haram nya Forex dari kedua perbedaan pendapat tersebut.


Trading Forex halal atau haram.


Dalam kesempatan ini, saya akan menyajikan penjelasan secara rinci tentang hukum Trading Forex dalam berbagai sudut pandang. Sehingga setelah anda membaca artikel ini, anda akan mendapatkan gambaran jelas dari berbagai sumber dan anda dapat menyimpulkan sendiri nantinya.


Apakah Forex sama dengan judi.


Tidak sedikit orang beranggapan bahwa Forex sama dengan judi. Hal ini mungkin dikarenakan orang orang tersebut berpandangan bahwa dalam bisnis forex bisa mengakibatkan kerugian besar dalam waktu singkat. Selain itu, orang orang awam dalam dunia Forex juga berfikir bahwa bekerja di Forex cukup dengan duduk duduk dan mendapatkan uang.


Benarkah Forex sama dengan judi? TIDAK. Forex bukanlah judi, akan tetapi Forex murni perdagangan, yaitu perdagangan mata Uang. Berikut ini saya uraikan faktor faktor pembeda Judi dengan Forex.


Judi Bersifat não foi solto, sedangkan Forex tidak. Karena dalam Trading Forex dapat dilakukan analisa, yaitu analisa secara teknikal dan fundamental. Judi bersifat merugikan lawan, sedangkan dalam Forex bersifat win win solution, bersifat saling menguntungkan. Dalam judi tidak ada Produk yang diperdagangkan, sedangkan Forex produknya jelas, yaitu mata uang yang diperjual belikan. Hasil dari judi tidak bisa di prediksikan, sedangkan dalam Forex terdapat "Money Management" yang jelas, sehingga batas kerugian dan keuntungan dapat di kontrol dengan baik. Judi bersifat tidak pasti, sedangkan dalam Forex bisa dipastikan 100% apabila harga sudah terlalu tinggi maka harga akan turun, begitu juga sebaliknya ketika harga sudah terlalu murah. Judi Dilarang keras por negara, sedangkan forex diperbolehkan oleh Negara.


Dengan melihat keenam alasan diatas, saya yakin anda sudah dapat menyimpulkan apakah forex itu sama dengan judi atau tidak.


Hukum Halal Haram negociação Forex Menurut Islam.


Perspektif Islamismo dalam menentukan perihal halal dan haram sangatlah luas. Tidak Hanya dalam dunia trading, akan tetapi dalam hal apapun harus sangat jelas perkaranya. Sesuatu pada dasarnya halal akan menjadi haram apabila dilakukan dengan cara tidak benar atau tidak sesuai dengan syariat Islam. Berdagang itu diperbolehkan dalam Islam, akan tetapi berdagang minuman keras haram hukumnya. Itulah yang disebut dengan perspektif. Tergantung dari sudut mana kita memandang halal haramnya.


Dalam sebuah buku berjudul MASAIL FIQHIYAH, ditulis oleh seorang ahli fikih bernama Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi, menyatakan bahwa berdagang valas diperbolehkan dalam hukum Islam. Perdagangan Forex atau mata uang como ada karena kebutuhan passar global yang secara tidak langsung mencakup semua Negara. Untuk memenuhi kebutuhan Negara yang beraneka raga itulah peran mata uang menjadi faktor yang paling utama.


Berikut ini adalah sumber yang dapat digunakan sebagai acuan dalam polemik Forex saat ini tengah ramai diperbincangkan;


"Jangan kamu membeli ikan dalam air, karena sesungguhnya jual beli yang demikian itu mengandung penipuan".


(Hadis Ahmad bin Hambal dan Al Baihaqi e Ibnu Mas'ud)


Dalam aturan jual beli, penjual harus memberitahukan dan menerangkan kepada pembeli secara rinci keadaan barang yang dijual. Penjual harus menjelaskan ciri dan sifat sifatnya. Dalam Forex, produk yang diperjualbelikan pun sangat jelas, baik sifat dan nilainya. Sehingga, setiap kali melakukan transaksinya, Forex harus dengan kesepakatan kedua belah pihak.


: "Dan Alá telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba".


Forex adalah murni jual beli dan tidak termasuk riba. Forex adalah memperdagangkan mata uang, Berbeda sekali apabila kita meminjamkan uang kepada seseorang dengan mengharapkan kembalian lebih. Dan sangat jelas bahwasannya perdagangan memang diperbolehkan.


'Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)'


(HR. Albaihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih por Ibnu Hibban).


Dalam forex tidak akan terjadi transaksi apabila penjual dan pembeli tidak melakukan kesepakatan (kerelaan). Jadi dalam prakteknya, tidak ada unsur pemaksaan atau penipuan yang bersifat saling merugikan.


Fatwa MUI tentang Halal dan Haram nya Trading Forex.


Majelis Ulama Indonésia (MUI), selaku panutan dalam mengambil sebuah keputusan berdasarkan syariah Islam pun mengeluarkan fatwa tentang halal dan haram nya Trading Forex.


MUI menyatakan bahwa trading forex dengan transaksi SPOT diperbolehkan. Adapun jenis transaksi yang tidak diperbolehkan yaitu transaksi swap, option, dan forward. Transaksi Spot dikategorikan halal karena penyelesaian transaksinya diselesaikan pada saat itu juga. Adaptar penyelesaian paling lambat adalah 2 hari.


Berikut ini adalah jenis Jenis perdagangan valas;


Transaksi SPOT, adalah transaksi jual beli Valas yang penyerahannya dilakukan pada saat itu juga. Apabila ada keterlambatan, harus tidak boleh lebih dari jangka waktu dua hari. Transaksi SWAP, adalah suatu kontrak jual beli valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga para a frente. Transaksi FORWARD, adalah transaksi jual beli Valas yang ditetapkan pada saat sekarang e diberlakukan pada saat akan datang. Tempo watunya nya antara 2 × 24 geléia sampai dengan satu tahun. Transaksi OPTION, adalah kontrak untuk memperoleh hak beli dan hak jual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unidade valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu.


Jika kita tarik garis besarnya, Transaksi forex boleh dilakukan asalkan dengan menggunakan transaksi berjenis spot.


Dalam aktifitas apapun sudah diatur hukumnya, apakah dilarang atau diperbolehkan. Untuk perkara Forex apakah halal atau haram itu semua tergantung dari bagaimana dan cara tipe transaksi dilakukan. Semoga pembahasan ini dapat memberikan gambaran jelas kepada anda mengenai Apakah Forex itu halal atau haram. Jadi sehingga anda akan dapat menarik kesimpulan sendiri.


Sobre um autor.


Anda bisa memilih untuk berpikir dalam cara yang akan mendukung anda dalam kebahagiaan dan kesuksesan anda, bukan sebaliknya.


Posts Relacionados.


Kisah Trader Forex Sukses Asal Indonésia Kevin Aprilio.


Uma Resposta.


Opção binária Apakah (opção iq) MUI de menalina halal?


Hukum Forex Dalam Islam.


Hukum forex dalam islam & # 8211; FATWA MUI TENTANG TRADING FOREX.


Fatwa MUI Tentang Jual Beli Mata Uang (AL-SHARF)


Pertanyaan yang pasti ditanyakan oleh setiap trader di Indonesia:


1. Apakah Trading Forex Haram?


2. Apakah Trading Forex Halal?


3. Apakah Trading Forex diperbolehkan dalam Agama Islam?


4. Apakah SWAP itu?


Mari kita bahas dengan artikel yang pertama:


Forex Dalam Hukum Islam.


Dalam Bukunya Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi yang berjudul MASAIL FIQHIYAH; Kapita Selecta Hukum Islamismo, diperoleh bahwa Forex (Perdagangan Valas) diperbolehkan dalam hukum islam.


Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan barang-barang kebutuhan / komoditi antar negara yang bersifat internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan alat bayar yaitu UANG yang masing-masing negara mempunyai ketentuan sendiri dan berbeda satu sama lainnya sesuai dengan penawaran dan permintaan diantara negara-negara tersebut sehingga timbul PERBANDINGAN NILAI MATA UANG antar negara.


Perryingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu BURSA atau PASAR yang bersifat internasional dan terikat dalam suatu kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Nilai mata uang suatu negara dengan negara lainnya ini berubah (berfluktuasi) setiap saat sesuai volume permintaan dan penawarannya. Adanya permintaan dan penawaran inilah yang menimbulkan transaksi mata uang. Yang secara nyata hanyalah tukar-menukar mata uang yang berbeda nilai.


HUKUM ISLAM dalam TRANSAKSI VALAS.


1. Ada Ijab-Qobul: & # 8212; & gt; Ada perjanjian untuk memberi dan menerima.


Penjual menyerahkan barang dan pembeli membayar tunai. Ijab-Qobulnya dilakukan dengan lisan, tulisan dan utusan. Pembeli dan penjual mempunyai wewenang penuh melaksanakan dan melakukan tindakantindakan hukum (dewasa dan berpikiran sehat)


2. Memenuhi syarat menjadi objek transaksi jual-beli yaitu:


Suci barangnya (bukan najis) Dapat dimanfaatkan Dapat diserahterimakan Jelas barang dan harganya Dijual (dibeli) por pemiliknya sendiri atau kuasanya atas izin pemiliknya Barang sudah berada ditangannya jika barangnya diperoleh dengan imbalan.


Perlu ditambahkan pendapat Muhammad Isa, bahwa jual beli saham itu diperbolehkan dalam agama.


& # 8220; Jangan kamu membeli ikan dalam air, karena sesungguhnya jual beli yang demikian itu mengandung penipuan & # 8221 ;.


(Hadis Ahmad bin Hambal dan Al Baiqqi de Ibnu Mas & # 8217; ud)


Jual beli barang yang tidak di tempat transaksi diperbolehkan dengan syarat harus diterangkan sifatsifatnya atau ciri-cirinya. Kemudian jika barang sesuai dengan keterangan penjual, maka sahlah jual belinya. Tetapi jika tidak sesuai maka pembeli mempunyai hak khiyar, artinya boleh meneruskan atau membatalkan jual belinya. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat Al Daraquthni dari Abu Hurairah:


"Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, maka ia berhak khiyar jika ia telah melihatnya & # 8221 ;.


Jual beli hasil tanam yang masih terpendam, seperti ketela, kentang, bawang dan sebagainya juga diperbolehkan, asal diberi contohnya, karena akan mengalami kesulitan atau kerugian jika harus mengeluarkan semua hasil tanaman yang terpendam untuk dijual. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islã:


Demikian juga jual beli barang-barang yang telah terbungkus / tertutup, seperti makanan kalengan, LPG, dan sebagainya, asalkam diberi label yang menerangkan isinya. Vide Sabiq, op. cit. hal. 135. Mengenai teks kaidah hukum Islam tersebut di atas, vide Al Suyuthi, Al Ashbah wa al Nadzair, Mesir, Mustafa Muhammad, 1936 hal. 55.


JUAL BELI VALUTA COMO DAN SAHAM.


Yang dimaksud dengan valuta como adalah mata uang luar negeri seperi dolar Amerika, kgterling Inggris, ringgit Malaysia dan sebagainya. Apabila antara negara terjadi perdagangan internasional maka tiap negara membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar negeri yang dalam dunia perdagangan disebut devisa. Misalnya eksportir Indonésia akan memperoleh devisa dari hasil ekspornya, sebaliknya importir Indonésia memerlukan devisa untuk mengimpor dari luar negeri.


Dengan demikian akan timbul pena em perminataan di bursa valuta asing. setiap negara berwenang penuh menetapkan kurs uangnya masing-masing (kurs adalah perbandingan nilai uangnya terhadap mata uang asing) misalnya 1 dolar Amerika = Rp. 12.000. Namun kurs uang atau perbandingan nilai tukar setiap saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan ekonomi negara masing-masing. Pencatatan kurs uang dan transaksi jual beli valuta como diselenggarakan de Bursa Valuta Asing (A. W. J. Tupanno, et al. Ekonomi dan Koperasi, Jacarta, Depdikbud 1982, hal 76-77)


FATWA MUI TENTANG PERDAGANGAN VALAS.


Fatwa Dewan Syari & # 8217; ah Nasional Majelis Ulama Indonésia.


Não: 28 / DSN-MUI / III / 2002 tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)


uma. Bahwa dalam sejumlah kegiatan untuk memenuhi berbagai keperluan, seringkali diperlukan.


transaksi jual-beli mata uang (al-sharf), baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.


b. Bahwa dalam & # 8216; urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi jual beli mata uang dikenal beberapa.


bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandangan ajaran Islam berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lain.


c. Bahwa agar kegiatan transaksi tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang al-Sharf untuk dijadikan pedoman.


1. & # 8220; Firman Allah, QS. Al-Baqarah [2]: 275: & # 8220; & # 8230; Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba & # 8230; & # 8221;


2. & # 8220; Hadis nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah de Abu Sa & # 8217; id al-Khudri: Rasulullah SAW bersabda, & # 8216; Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak) & # 8217; (HR. Albaihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih por Ibnu Hibban).


3. & # 8220; Hadis Nabi Riwayat Muçulmano, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa & # 8217; eu, dan Ibn Majah, dengan teks Muçulmano dari & # 8216; Ubadah bin Shamit, Nabi viu bersabda: & # 8220; (Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya & # 8217; ir dengan sya & # 8217; ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai. & # 8221 ;.


4. & # 8220; Hadis Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa & # 8217; i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar bin Khattab, Nabi viu bersabda: (Jual-beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai. & # 8221;


5. & # 8220; Hadis Nabi riwayat Muçulmano Abu Abu & # 8217; id al-Khudri, Nabi s. a.w bersabda: Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagaian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.


6. & # 8220; Hadis Nabi riwayat Muslim dari Bara & # 8217; bin & # 8216; Azib dan Zaid bin Arqam: Rasulullah viu melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).


7. & # 8220; Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: & # 8220; Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslim, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslim terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. & # 8221;


8. & # 8220; Ijma. Ulama sepakat (ijma & # 8217;) bahwa akad al-sharf disyariatkan dengan syarat-syarat tertentu.


1. Surat dari pimpinah Unidade Usaha Syariah Bank BNI no. UUS / 2/878.


2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari & # 8217; ah Nasional pada Hari Kamis, tanggal 14 Muharram 1423H / 28 Maret 2002.


Dewan Syari & # 8217; ah Nasional Menetapkan: FATWA TENTANG JUAL BELI MATA UANG (AL-SHARF).


Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).


2. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).


3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).


4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.


Kedua: Jenis-jenis transaksi Valuta Asing.


1. Transaksi SPOT, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan pada saat itu (sobre o contador) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.


2. Transaksi FORWARD, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 & # 215; 24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa & # 8217; adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk acordo para a frente untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah)


3. Transaksi SWAP yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga para a frente. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).


4. Transaksi OPÇÃO yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unidade valuta como pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).


Ketiga: Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.


Ditetapkan di: Jacarta.


Tanggal: 14 Muharram 1423 H / 28 Maret 2002 M.


Belum memiliki akun Trading ingin mencoba trading di Forex!


Fit4Global Forex Research.


Riset Prediksi Trend Mata Uang Global dengan Mengkombinasikan Fundamental vs Teknikal, dalam satu kesatuan garis logika matematis yang berbasis Software Metatrader dan sejenisnya.


Forex menurut Hukum Islam.


Banyak perbedaan pendapat tentang forex itu sendiri, ada yang mengatakan tidak boleh, tetapi ada juga yang mengatakan boleh. Dibawah ini adalah pendapat yang membolehkan dari beberapa sumber tentang forex itu sendiri (sedang untuk yang tidak membolehkan forex itu sendiri, silahkan search di Google). Fit4global. wordpress hanya memberi wacana, dan hanya fokus ke riset ilmiah tentang pergerakan forex. Fit4global. wordpress memang didedikasikan untuk meriset secara logika dan ilmiah tentang pergerakan forex baik teknikal maupun fundamental.


Forex dari Perspektif Islam.


Sebagian umat Islam ada yang meragukan kehalalan praktik perdagangan berjangka. Bagaimana menurut padangan para pakar Islam? Apa pendapat para ulama mengenai trading forex, trading saham, índice de negociação, saham, dan komoditi? Apakah Hukum Forex Trading Valas Halal Menurut Hukum Islam? Mari kita ikuti selengkapnya.


Jangan engkau menjual sesuatu yang tidak ada padamu ", sabda Nabi Muhammad SAW, dalam sebuah teve seu caminho para Abu Hurairah.


Oleh sementara fuqaha (ahli fiqih Islam), teve tersebut ditafsirkan secara saklek. Pokoknya, setiap praktik jual beli yang tidak ada barangnya pada waktu akad, haram. Penafsiran secara demikian itu, tak pelak lagi, membuat fiqih Islam sulit untuk memenuhi tuntutan jaman yang terus berkembang dengan perubahan-perubahannya.


Karena itu, sejumlah ulama klasik yang terkenal dengan pemikiran cemerlangnya, menentang cara penafsiran yang terkesan sempit tersebut. Misalnya, Ibn al-Qayyim. Ulama bermazhab Hambali ini berpendapat, bahwa tidak benar jual-beli barang yang tidak ada dilarang. Baik dalam Al Qur'an, sunnah maupun fatwa para sahabat, larangan itu tidak ada.


Dalam Sunnah Nabi, hanya terdapat larangan menjual barang yang belum ada, sebagaimana larangan beberapa barang yang sudah ada pada waktu akad. "Causa legisatau ilat larangan tersebut bukan ada atau tidak adanya barang, melainkan garar", ujar Dr. Syamsul Anwar, MA Dari IAIN SUKA Yogyakarta menjelaskan pendapat Ibn al-Qayyim. Garar adalah ketidakpastian tentang apakah barang yang diperjual-belikan itu dapat diserahkan atau tidak. Misalnya, seseorang menjual unta yang hilang. Atau menjual barang milik orang lain, padahal tidak diberi kewenangan oleh yang bersangkutan.


Jadi, meskipun pada waktu akad barangnya tidak ada, namun ada kepastian diadakan pada waktu diperlukan sehingga bisa diserahkan kepada pembeli, maka jual beli tersebut sah. Sebaliknya, kendati barangnya sudah ada tapi - karena satu dan lain hal - tidak mungkin diserahkan kepada pembeli, maka jual beli itu tidak sah.


Perdagangan berjangka, jelas, bukan garar. Sebab, dalam kontrak berjangkanya, jenis komoditi yang dijual-belikan sudah ditentukan. Begitu juga dengan jumlah, mutu, tempat dan waktu penyerahannya. Semuanya berjalan di atas re aturan resmi yang ketat, sebagai antisipasi terjadinya praktek penyimpangan berupa penipuan - satu hal yang sebetulnya bisa juga terjadi pada praktik jua-beli konvensional.


Dalam perspektif hukum Islã, Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) (forex adalah bagian dari PBK) dapat dimasukkan ke dalam kategori almasa'il almu'ashirah atau masalah-masalah hukum Islam kontemporer. Karena itu, status hukumnya dapat dikategorikan kepada masalah ijtihadiyyah. Klasifikasi ijtihadiyyah masuk ke dalam wilayah fi ma la nasha fih, yakni masalah hukum yang tidak mempunyai referensi nash hukum yang pasti.


Dalam kategori masalah hukum al-Sahrastani, ia termasuk ke dalam paradigma al-nushush qad intahat wa al-waqa'I la tatanahi. Artinya, nash hukum dalam bentuk Al-Quran dan Sunnah sudah selesai; Tidak lagi ada tambahan. Dengan demikian, kasus-kasus hukum yang baru muncul mesti diberikan kepastian hukumnya melalui ijtihad.


Dalam kasus hukum PBK, ijtihad dapat merujuk kepada teori perubahan hukum yang diperkenalkan por Ibn Qoyyim al-Jauziyyah. Ia menjelaskan, fatwa hukum dapat berubah karena beberapa variabel perubahnya, yakni: waktu, tempat, niat, tujuan dan manfaat. Teori perubahan hukum ini diturunkan dari paradigma ilmu hukum dari gurunya Ibn Taimiyyah, yang menyatakan bahwa a-haqiqah fi al-a'yan la fi al-adzhan. Artinya, kebenaran hukum itu dijumpai dalam kenyataan empirik; bukan dalam alam pemikiran atau alam idéia.


Paradigma ini diturunkan dari prinsip hukum Islam tentang keadilan yang dalam Al Quran digunakan istilah al-mizan, a-qisth, al-wasth, dan al-adl.


Dalam penerapannya, secara khusus masalah PBK dapat dimasukkan ke dalam bidang kajian fiqh al-siyasah maliyyah, yakni politik hukum kebendaan. Dengan kata lain, PBK termasuk kajian hukum Islã dalam pengertian bagaimana hukum Islamismo Diterapkan Dalam Masalah Kepemilikan Atas Harta Benda, Melalui perdagangan Berjangka Komoditi Dalam Era Global Skyspaos Perdidos.


Realisasi yang paling mungkin dalam rangka melindungi pelaku dan pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka komoditi dalam ruang dan Waktu serta pertimbangan tujuan dan manfaatnya dewasa ini, sejalan dengan semangat dan bunyi UU No. 32/1977 tentang PBK.


Karena teori perubahan hukum seperti dijelaskan di atas, dapat menunjukkan elastisitas hukum Islamismo dalam kelembagaan dan praktek perekonomian, maka PBK dalam sistem hukum Islamismo dapat dianalogikan dengan bay 'al-salam'ajl bi'ajil.


Bay 'al-salam dapat diartikan sebagai berikut. Al-salam atau al-salaf adalah bay 'ajl bi'ajil, yakni memperjualbelikan sesuatu yang dengan ketentuan sifat-sifatnya yang terjamin kebenarannya. Di dalam transaksi demikian, penyerahan ra's al-mal dalam bentuk uang sebagai nilai tukar didahulukan daripada penyerahan komoditi yang dimaksud dalam transaksi itu. Ulama Syafi'iyah dan Hanabilah mendefinisikannya dengan: "Akad atas komoditas jual beli yang diberi sifat terjamin yang ditangguhkan (berjangka) dengan harga jual yang ditetapkan di dalam bursa akad".


Keabsahan transaksi jual beli berjangka, ditentukan oleh terpenuhinya rukun dan syarat sebagai berikut:


a) Rukun sebagai unsur-unsur utama yang harus ada dalam suatu peristiwa transaksi Unsur-unsur utama di dalam bay 'al-salam adalah:


Pihak-pihak pelaku transaksi ('aqid) yang disebut dengan istilah muçulmano atau muslim ilaih. Objek transaksi (ma'qud alaih), yaitu barang-barang komoditi berjangka dan harga tukar (ra's al-mal al-salam dan al-muslim fih). Kalimat transaksi (Sighat 'aqad), yaitu ijab dan kabul. Yang perlu diperhatikan dari unsur-unsur tersebut, adalah bahwa ijab dan qabul dinyatakan dalam bahasa dan kalimat yang jelas menunjukkan transaksi berjangka. Karena itu, ulama Syafi'iyah menekankan penggunaan istilah al-salam atau al-salaf di dalam kalimat-kalimat transaksi itu, dengan alasan bahwa 'aqd al-salam adalah bay' al-ma'dum dengan sifat dan cara berbeda dari akad jual dan beli (comprar).


Persyaratan menyangkut objek transaksi, adalah: bahwa objek transaksi harus memenuhi kejelasan mengenai: jenisnya (um yakun fi jinsins ma'lumin), sifatnya, ukuran (kadar), jangka penyerahan, harga tukar, tempat penyerahan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh harga tukar (al-tsaman), adalah, Pertama, kejelasan jenis alat tukar, yaitu dirham, dinar, rupia atau dolar dsb atau barang-barang yang dapat ditimbang, disukat, dsb. Kedua, kejelasan jenis alat tukar apakah rupiah, dolar Amerika, dolar Singapura, dst. Apakah timbangan yang disepakati dalam bentuk quilograma, lagoa, dst. Kejelasan tentang kualitas objek transaksi, apakah kualitas istimewa, baik sedang atau buruk. Syarat-syarat di atas ditetapkan dengan maksud menghilangkan jahalah fi al-'aqd atau alasan ketidaktahuan kondisi-kondisi barang pada saat transaksi. Sebab hal ini akan mengakibatkan terjadinya perselisihan di antara pelaku transaksi, yang akan merusak nilai transaksi. Kejelasan jumlah harga tukar. Penjelasan singkat di atas nampaknya telah dapat memberikan kejelasan kebolehan PBK. Kalaupun dalam pelaksanaannya masih ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan peraturan perundang-undangan yang ada, maka dapatlah digunakan kaidah hukum atau legal maxim yang berbunyi: ma la yudrak kulluh la yutrak kulluh. Apa yang tidak dapat dilaksanakan semuanya, maka tidak perlu ditinggalkan keseluruhannya.


Dengan demikian, hukum dan pelaksanaan PBK sampai batas-batas tertentu boleh dinyatakan dapat diterima atau setidak-tidaknya sesuai dengan semangat dan jiwa norma hukum Islam, dengan menganalogikan kepada bay 'al-salam.


1. Os Contratos Básicos de Câmbio.


Existe um consenso geral entre os juristas islâmicos sobre a visão de que as moedas de diferentes países podem ser trocados em uma base local, a uma taxa diferente da unidade, uma vez que as moedas de diferentes países são entidades distintas com valores diferentes ou valor intrínseco e poder de compra. Parece haver um acordo geral entre a maioria dos acadêmicos na visão de que a troca de moeda em regime de adiantamento não é permitida, ou seja, quando os direitos e obrigações de ambas as partes se relacionam com uma data futura. No entanto, existe uma considerável diferença de opinião entre os juristas quando os direitos de qualquer uma das partes, que é igual à obrigação da contraparte, são diferidos para uma data futura.


Para elaborar, consideremos o exemplo de dois indivíduos A e B que pertencem a dois países diferentes, Índia e EUA, respectivamente. A pretende vender rúpias indianas e comprar dólares dos EUA. O inverso é verdadeiro para B. A taxa de câmbio rúpia-dólar acordada é 1:20 e a transação envolve compra e venda de US $ 50. A primeira situação é que A faz um pagamento no local de Rs1000 para B e aceita o pagamento de US $ 50 de B. A transação é liquidada de forma local por ambas as extremidades. Tais transações são válidas e islamicamente permissíveis. Não há duas opiniões sobre o mesmo. A segunda possibilidade é que a liquidação da transação de ambos os fins seja diferida para uma data futura, digamos, após seis meses a partir de agora. Isso implica que tanto a A quanto a B fazer e aceitar o pagamento de Rs1000 ou US $ 50, conforme o caso, após seis meses. A visão predominante é que tal contrato não é islamicamente permitido. Uma visão minoritária considera isso permitido. O terceiro cenário é que a transação é parcialmente liquidada de uma única extremidade. Por exemplo, A faz um pagamento de Rs1000 agora para B em vez de uma promessa de B de pagar $ 50 para ele depois de seis meses. Alternativamente, A aceita US $ 50 agora de B e promete pagar Rs1000 para ele depois de seis meses. Existem visões diametralmente opostas sobre a permissibilidade de tais contratos que equivalem a bai-salam em moedas. O objetivo deste trabalho é apresentar uma análise abrangente de vários argumentos em apoio e contra a permissibilidade desses contratos básicos envolvendo moedas. A primeira forma de contratação envolvendo troca de contravalores no local é além de qualquer tipo de controvérsia. A admissibilidade ou não do segundo tipo de contrato em que a entrega de um dos contravalores é adiada para uma data futura, geralmente é discutida no âmbito da proibição riba. Consequentemente, discutimos este contrato detalhadamente na seção 2 sobre a questão da proibição de riba. A admissibilidade da terceira forma de contrato em que a entrega de ambos os contravalores é diferida, geralmente é discutida no âmbito da redução de risco e incerteza ou gharar envolvidos em tais contratos. Este, portanto, é o tema central da seção 3, que trata da questão de gharar. A seção 4 tenta uma visão holística da Sharia relaciona questões como também o significado econômico das formas básicas de contratação no mercado de câmbio.


2. A questão da proibição de Riba.


A divergência de pontos de vista1 sobre a permissibilidade ou não de contratos de câmbio em moedas pode ser rastreada principalmente para a questão da proibição de riba.


A necessidade de eliminar a riba em todas as formas de contratos de câmbio é de extrema importância. Riba em seu contexto da Sharia é geralmente definida2 como um ganho ilegal derivado da desigualdade quantitativa dos contravalores em qualquer transação que pretenda efetuar a troca de duas ou mais espécies (anwa), que pertencem ao mesmo gênero (jins) e são regidas por a mesma causa eficiente (illa). Riba geralmente é classificada em riba al-fadl (excesso) e riba al-nasia (adiamento), que denota uma vantagem ilegal em excesso ou aferição, respectivamente. A proibição do primeiro é alcançada por uma estipulação de que a taxa de troca entre os objetos é unidade e nenhum ganho é permitido para qualquer das partes. O último tipo de riba é proibido por não permitir a liquidação diferida e garantir que a transação seja resolvida no local por ambas as partes. Outra forma de riba é chamada de riba al-jahiliyya ou riba pré-islâmica que se situa quando o credor pede ao mutuário na data de vencimento se o último liquidar a dívida ou aumentar a mesma. O aumento é acompanhado da cobrança de juros sobre o montante inicialmente emprestado.


A proibição de riba na troca de moedas de países diferentes exige um processo de analogia (qiyas). E em qualquer exercício envolvendo analogia (qiyas), causa eficiente (illa) desempenha um papel extremamente importante. É uma causa eficiente comum (illa), que conecta o objeto da analogia com seu assunto, no exercício do raciocínio analógico. A causa eficiente apropriada (illa) no caso de contratos de câmbio foi definida de forma variada pelas principais escolas da Fiqh. Essa diferença se reflete no raciocínio análogo para moedas de papel pertencentes a países diferentes.


Uma questão de significância considerável no processo de raciocínio análogo refere-se à comparação entre moedas de papel com ouro e prata. Nos primeiros dias do Islã, ouro e prata desempenharam todas as funções do dinheiro (thaman). As moedas eram feitas de ouro e prata com um valor intrínseco conhecido (quantum de ouro ou prata contido nelas). Essas moedas são descritas como thaman haqiqi, ou naqdain na literatura Fiqh. Estes eram universalmente aceitáveis ​​como principal meio de troca, representando um grande número de transações. Muitas outras commodities, como, vários metais inferiores também serviram de meio de troca, mas com aceitabilidade limitada. Estes são descritos como falsos na literatura Fiqh. Estes também são conhecidos como thaman istalahi devido ao fato de que sua aceitabilidade não decorre do seu valor intrínseco, mas devido ao status concedido pela sociedade durante um determinado período de tempo. As duas formas acima mencionadas de moedas foram tratadas de forma muito diferente pelos juristas islâmicos do início do ponto de vista da permissibilidade dos contratos que os envolvem. A questão que precisa ser resolvida é se as moedas atuais do papel da idade se enquadram na categoria anterior ou a última. Uma visão é que estes devem ser tratados a par com thaman haqiqi ou ouro e prata, uma vez que servem como o principal meio de troca e unidade de conta como o último. Assim, por um raciocínio análogo, todas as normas e injunções relacionadas à Sharia aplicáveis ​​a thaman haqiqi também devem ser aplicáveis ​​ao papel moeda. O intercâmbio de thaman haqiqi é conhecido como bai-sarf e, portanto, as transações em moedas de papel devem ser regidas pelas regras da Sharia relevantes para bai-sarf. A visão contrária afirma que as moedas de papel devem ser tratadas de forma semelhante a fals ou thaman istalahi por causa do fato de seu valor facial ser diferente do valor intrínseco. A sua aceitabilidade decorre do seu estatuto jurídico dentro do país doméstico ou da importância econômica global (como no caso de dólares americanos, por exemplo).


2.1. Uma Síntese de Vistas Alternativas.


2.1.1. Raciocínio analógico (Qiyas) para a proibição de Riba.


A proibição de riba baseia-se na tradição de que o santo profeta (a paz esteja com ele) disse: "Vende ouro para ouro, prata para prata, trigo para trigo, cevada para cevada, data da data, sal para sal, nas mesmas quantidades no local; e quando as commodities são diferentes, vendam como você se adequa, mas no local ". Assim, a proibição de riba se aplica principalmente aos dois metais preciosos (ouro e prata) e quatro outras commodities (trigo, cevada, datas e sal) . Também se aplica, por analogia (qiyas) a todas as espécies que são governadas pela mesma causa eficiente (illa) ou que pertencem a qualquer dos gêneros dos seis objetos citados na tradição. No entanto, não existe um acordo geral entre as várias escolas do Fiqh e até mesmo os estudiosos pertencentes à mesma escola sobre a definição e identificação da causa eficiente (illa) do riba.


Para os Hanafis, causa eficiente (illa) de riba tem duas dimensões: os artigos trocados pertencem ao mesmo gênero (jins); Estes possuem peso (wazan) ou mensurabilidade (kiliyya). Se em uma dada troca, ambos os elementos da causa eficiente (illa) estão presentes, isto é, os contravalores trocados pertencem ao mesmo gênero (jins) e são todos pesáveis ​​ou todos mensuráveis, então nenhum ganho é permitido (a taxa de câmbio deve ser igual à unidade) e a troca deve ser no local. No caso de ouro e prata, os dois elementos de causa eficiente (illa) são: unidade de gênero (jins) e capacidade de pesagem. Esta é também a visão Hanbali de acordo com uma versão3. (Uma versão diferente é semelhante à visão Shafii e Maliki, conforme discutido abaixo.) Assim, quando o ouro é trocado por ouro, ou a prata é trocada por prata, só são permitidas transações instantâneas sem qualquer ganho. Também é possível que em uma troca dada, um dos dois elementos de causa eficiente (illa) esteja presente e o outro esteja ausente. Por exemplo, se os artigos trocados são todos pesáveis ​​ou mensuráveis, mas pertencem a diferentes gêneros (jins) ou, se os artigos trocados pertencem ao mesmo gênero (jins), mas nem é pesável nem mensurável, então troca com ganho (a uma taxa diferente de unidade) é permissível, mas a troca deve ser no local. Assim, quando o ouro é trocado por prata, a taxa pode ser diferente da unidade, mas não é permitida a liquidação diferida. Se nenhum dos dois elementos de causa eficiente (illa) de riba estiver presente em uma dada troca, nenhuma das injunções para a proibição riba se aplica. O intercâmbio pode ocorrer com ou sem ganho e tanto em uma base quanto em diferido.


Considerando o caso de troca envolvendo moedas de papel pertencentes a diferentes países, a proibição riba exigiria uma busca de causa eficiente (illa). Moedas pertencentes a diferentes países são entidades claramente distintas; Estes são legais em limites geográficos específicos com diferentes valores intrínsecos ou poder de compra. Assim, uma grande maioria de estudiosos talvez afirmem, com razão, que não há unidade de gênero (jins). Além disso, estes não são pesáveis ​​nem mensuráveis. Isso leva a uma conclusão direta de que nenhum dos dois elementos de causa eficiente (illa) de riba existe em tal troca. Assim, a troca pode ser realizada sem qualquer injunção quanto à taxa de câmbio e à forma de liquidação. A lógica subjacente a esta posição não é difícil de compreender. O valor intrínseco das moedas de papel pertencentes a diferentes países difere, pois estes têm poder de compra diferente. Além disso, o valor intrínseco ou o valor das moedas de papel não pode ser identificado ou avaliado ao contrário do ouro e da prata que podem ser pesados. Portanto, nem a presença de riba al-fadl (por excesso), nem riba al-nasia (por adiamento) pode ser estabelecida.


A escola Shafii de Fiqh considera a causa eficiente (illa) no caso de ouro e prata serem sua propriedade de ser moeda (thamaniyya) ou meio de troca, unidade de conta e loja de valor. Esta é também a visão de Maliki. De acordo com uma versão deste ponto de vista, mesmo que o papel ou o couro sejam feitos como meio de troca e recebam o status de moeda, então todas as regras relativas a naqdain, ou ouro e prata são aplicáveis ​​a eles. Assim, de acordo com esta versão, o intercâmbio envolvendo moedas de diferentes países a uma taxa diferente da unidade é permitido, mas deve ser resolvido no local. Outra versão das duas escolas de pensamento acima é que a causa eficiente citada acima (illa) de ser moeda (thamaniyya) é específica para ouro e prata e não pode ser generalizada. Ou seja, qualquer outro objeto, se usado como meio de troca, não pode ser incluído em sua categoria. Assim, de acordo com esta versão, as injunções Sharia para a proibição riba não são aplicáveis ​​às moedas de papel. As moedas pertencentes a diferentes países podem ser trocadas com ou sem ganho, e ambas, de forma diferida ou diferida.


Os defensores da versão anterior citam o caso da troca de moedas de papel pertencentes ao mesmo país em defesa da sua versão. A opinião consensual de juristas neste caso é que essa troca deve ser sem qualquer ganho ou a uma taxa igual à unidade e deve ser resolvida no local. Qual é a lógica subjacente à decisão acima? Se considerarmos o Hanafi e a primeira versão da posição Hanbali, então, neste caso, apenas uma dimensão da causa eficiente (illa) está presente, ou seja, pertencem ao mesmo gênero (jins). Mas as moedas de papel não são pesáveis ​​nem mensuráveis. Por conseguinte, a lei de Hanafi aparentemente permitiria o intercâmbio de diferentes quantidades da mesma moeda no local. Do mesmo modo, se a causa eficiente de ser moeda (thamaniyya) é específica apenas para ouro e prata, a lei Shafii e Maliki também permitiria o mesmo. Escusado será dizer que isso equivale a permitir empréstimos e empréstimos com base na riba. Isso mostra que, é a primeira versão do pensamento de Shafii e Maliki, que está subjacente à decisão consensual de proibição de ganho e liquidação diferida em caso de troca de moedas pertencentes ao mesmo país. De acordo com os proponentes, estender essa lógica ao intercâmbio de moedas de diferentes países implicaria que a permuta com ganho ou a uma taxa diferente da unidade é permitida (uma vez que não há unidade de jins), mas a liquidação deve ser no local.


2.1.2 Comparação entre Currency Exchange e Bai-Sarf.


Bai-sarf é definido na literatura Fiqh como uma troca envolvendo thaman haqiqi, definido como ouro e prata, que serviu como o principal meio de troca para quase todas as principais transações.


Os defensores da visão de que qualquer troca de moedas de diferentes países são iguais ao bai-sarf argumentam que, na atual idade, as moedas do papel substituiram efetivamente e completamente o ouro e a prata como meio de troca. Assim, por analogia, o intercâmbio envolvendo tais moedas deve ser regido pelas mesmas regras e injunções da Sharia como bai-sarf. Também se argumenta que, se for permitida a liquidação diferida de ambas as partes no contrato, isso abriria as possibilidades de riba-al nasia.


Os oponentes da categorização da troca de moeda com o bai-sarf no entanto destacam que a troca de todas as formas de moeda (thaman) não pode ser denominada como bai-sarf. De acordo com esta visão, o bai-sarf implica a troca de moedas feitas de ouro e prata (thaman haqiqi ou naqdain) sozinhas e não de dinheiro que as autoridades estaduais (thaman istalahi) pronunciaram como tal. As moedas atuais da época são exemplos desse último tipo. Esses estudiosos encontram apoio nesses escritos que afirmam que se as commodities de troca não são ouro ou prata (mesmo que uma delas seja ouro ou prata), a troca não pode ser denominada como bai-sarf. Nem as estipulações relativas a bai-sarf seriam aplicáveis ​​a tais trocas. De acordo com Imam Sarakhsi4 "quando um indivíduo compra falsas ou moedas feitas de metais inferiores, como, por exemplo, cobre (thaman istalahi) para dirhams (thaman haqiqi) e faz um pagamento no local do último, mas o vendedor não possui falsos momento, então, tal permuta é admissível ...... .. tomar posse de mercadorias trocadas por ambas as partes não é uma condição prévia "(enquanto no caso de bai-sarf, é.) Existem várias referências semelhantes que indicam que os juristas não classificam uma troca de fals (thaman istalahi) para outro fals (thaman istalahi) ou ouro ou prata (thaman haqiqi), como bai-sarf.


Assim, as trocas de moedas de dois países diferentes que só podem ser considerados como thaman istalahi não podem ser categorizadas como bai-sarf. Nem a restrição quanto à liquidação no local pode ser impostas a tais transações. Deve-se notar aqui que a definição de bai-sarf é fornecida na literatura do Fiqh e não há menção do mesmo nas tradições sagradas. As tradições mencionam sobre riba, e a venda e compra de ouro e prata (naqdain), que pode ser uma fonte importante de riba, é descrita como bai-sarf pelos juristas islâmicos. Deve também notar-se que, na literatura Fiqh, o bai-sarf implica apenas trocas de ouro ou prata; se estes estão sendo utilizados atualmente como meio de troca ou não. Troca envolvendo dinares e ornamentos de ouro, ambos de qualidade como bai-sarf. Vários juristas procuraram esclarecer este ponto e definiram o sarf como aquela troca em que tanto as commodities trocadas são da natureza de Thaman, e não necessariamente do próprio Thaman. Assim, mesmo quando uma das mercadorias é processada de ouro (digamos, ornamentos), essa troca é chamada de bai-sarf.


Os defensores da visão de que a troca de moeda deve ser tratada de forma semelhante ao bai-sarf também derivam o apoio de escritos de juristas islâmicos eminentes. De acordo com Imam Ibn Taimiya "qualquer coisa que desempenhe as funções de meio de troca, unidade de conta e armazenamento de valor é chamado thaman, (não necessariamente limitado a ouro e prata). Referências semelhantes estão disponíveis nos escritos de Imam Ghazzali5 No que diz respeito às opiniões do Imam Sarakhshi em relação ao intercâmbio envolvendo falsos, de acordo com eles, alguns pontos adicionais devem ser tomados nota. Nos primeiros dias do Islã, dinares e dirhams feitos de ouro e prata eram usados ​​principalmente como meio de troca em todas as principais transações. Somente os menores foram resolvidos com falsos. Em outras palavras, fals não possuía as características de dinheiro ou thamaniyya na íntegra e dificilmente era usado como loja de valor ou unidade de conta e era mais na natureza da mercadoria. Portanto, não houve restrição na compra do mesmo por ouro e prata em regime diferido. As moedas atuais têm todas as características de thaman e são destinadas apenas a Thaman. O intercâmbio envolvendo moedas de diferentes países é o mesmo que o bai-sarf com a diferença de jins e, portanto, a liquidação diferida levaria a riba al-nasia.


O Dr. Mohamed Nejatullah Siddiqui ilustra esta possibilidade com um exemplo6. Ele escreve: "Em um determinado momento no momento em que a taxa de câmbio do mercado entre o dólar e a rupia é de 1:20, se uma pessoa adquire US $ 50 à alíquota de 1:22 (liquidação de sua obrigação em Rúpias diferida para uma data futura) então é altamente provável que ele seja, de fato, emprestado Rs. 1000 agora em vez de uma promessa de reembolso de Rs. 1100 em uma data posterior especificada. (Desde então, ele pode obter Rs 1000 agora, trocando os $ 50 comprados em crédito à taxa local) "Assim, o sarf pode ser convertido em empréstimo com base em juros e amp; empréstimo.


2.1.3 Definir Thamaniyya é a chave?


Parece da síntese acima de pontos de vista alternativos que a questão-chave parece ser uma definição correta de thamaniyya. Por exemplo, uma questão fundamental que leva a posições divergentes sobre a permissibilidade relaciona se thamaniyya é específico para ouro e prata, ou pode ser associado a qualquer coisa que desempenhe as funções de dinheiro. Levamos algumas questões abaixo, que podem ser levadas em consideração em qualquer exercício de reconsideração de posições alternativas.


Deve ser apreciado que thamaniyya pode não ser absoluto e pode variar em graus. É verdade que as moedas de papel substituíram completamente ouro e prata como meio de troca, unidade de conta e estoque de valor. Neste sentido, as moedas de papel podem ser consideradas possuidoras de thamaniyya. No entanto, isso é verdade apenas para moedas domésticas e pode não ser verdade para moedas estrangeiras. Em outras palavras, as rupias indianas possuem thamaniyya dentro dos limites geográficos da Índia e não têm qualquer aceitabilidade nos EUA. Não se pode dizer que estes possamos thamaniyya nos EUA, a menos que um cidadão dos EUA possa usar rúpias indianas como meio de troca, unidade de conta ou armazenamento de valor. Na maioria dos casos, essa possibilidade é remota. Esta possibilidade também é função do mecanismo da taxa de câmbio em vigor, como a conversibilidade das rupias indianas em dólares norte-americanos, e se um sistema de taxa de câmbio fixo ou flutuante está em vigor. Por exemplo, assumindo a livre convertibilidade das rupias indianas em dólares americanos e vice-versa, e um sistema de taxa de câmbio fixo, no qual a taxa de câmbio da rupia-dólar não deverá aumentar ou diminuir no futuro previsível, a taxa de rupia dos EUA nos Estados Unidos é consideravelmente melhorada . O exemplo citado pelo Dr. Nejatullah Siddiqui também parece bastante robusto nas circunstâncias. A permissão para trocar rúpias por dólares em regime de diferimento (de um lado, é claro) a uma taxa diferente da taxa local (taxa oficial que provavelmente permanecerá fixada até a data da liquidação) seria um caso claro baseado em juros empréstimos e empréstimos. No entanto, se a assunção da taxa de câmbio fixa for relaxada e o atual sistema de taxas de câmbio flutuantes e voláteis for assumido, então pode-se mostrar que o caso de riba al-nasia se decompõe. Reescrevemos seu exemplo: "Em um momento dado, quando a taxa de câmbio do mercado entre dólar e Rúpia é de 1:20, se uma pessoa adquire US $ 50 à alíquota de 1:22 (liquidação de sua obrigação em Rúpias diferido para um futuro data), então é altamente provável que ele seja, de fato, emprestado Rs. 1000 agora em vez de uma promessa de reembolso de Rs. 1100 em uma data posterior especificada. (Desde então, ele pode obter Rs 1000 agora, trocando os $ 50 adquiridos em crédito à taxa spot) "Isso seria assim, somente se o risco cambial for inexistente (a taxa de câmbio permanece às 1:20), ou é suportada pela vendedor de dólares (o comprador paga em rupias e não em dólares). Se o primeiro for verdadeiro, o vendedor dos dólares (credor) recebe um retorno predeterminado de dez por cento quando ele converte Rs1100 recebido na data de vencimento em US $ 55 (a uma taxa de câmbio de 1:20). No entanto, se o último for verdadeiro, o retorno ao vendedor (ou ao credor) não está predeterminado. Não precisa sequer ser positivo. Por exemplo, se a taxa de câmbio rúpia-dólar aumenta para 1:25, então o vendedor de dólares receberia apenas US $ 44 (R $ 1100 convertidos em dólares) por seu investimento de US $ 50.


Aqui, dois pontos a destacar. Primeiro, quando se assume um regime de taxa de câmbio fixo, a distinção entre moedas de diferentes países é diluída. A situação se torna semelhante à troca de libras esterlinas (moedas do mesmo país) a uma taxa fixa. Em segundo lugar, quando se assume um sistema de taxa de câmbio volátil, então, assim como se pode visualizar os empréstimos através do mercado de moeda estrangeira (mecanismo sugerido no exemplo acima), também pode-se visualizar empréstimos através de qualquer outro mercado organizado (como, por exemplo, para commodities ou ações .) Se alguém substituir dólares por ações no exemplo acima, seria lido como: "Em um determinado momento no momento em que o preço de mercado do estoque X é de Rs 20, se um indivíduo comprar 50 ações na taxa de Rs 22 (liquidação de sua obrigação em rupias diferido para uma data futura), então é altamente provável que ele seja, de fato, emprestado Rs. 1000 agora em vez de uma promessa de reembolso de Rs. 1100 em uma data posterior especificada. (Desde então, ele pode obter o Rs 1000 agora, trocando os 50 estoques comprados no crédito a preço atual) "Neste caso também, como no exemplo anterior, os retornos para o vendedor de ações podem ser negativos se o preço das ações aumentar para Rs 25 no data de liquidação. Assim, assim como os retornos no mercado de ações ou no mercado de commodities são islamicamente aceitáveis ​​devido ao risco de preço, também são retornos no mercado de câmbio por causa das flutuações nos preços das moedas.


Uma característica única de thaman haqiqi ou ouro e prata é que o valor intrínseco da moeda é igual ao seu valor nominal. Assim, a questão de diferentes limites geográficos em que circula uma determinada moeda, como dinar ou dirham, é completamente irrelevante. O ouro é ouro, seja no país A ou no país B. Assim, quando a moeda do país A feita de ouro é trocada por moeda do país B, também feita de ouro, então qualquer desvio da taxa de câmbio da unidade ou aferição de liquidação por qualquer das partes não pode ser permitido, pois isso envolve claramente riba al-fadl e também riba al-nasia. No entanto, quando as moedas de papel do país A são trocadas por papel moeda do país B, o caso pode ser completamente diferente. O risco de preço (risco de taxa de câmbio), se positivo, eliminaria qualquer possibilidade de riba al-nasia na troca com liquidação diferida. No entanto, se o risco de preço (risco de taxa de câmbio) for zero, essa troca poderá ser uma fonte de riba al-nasia se for permitida a liquidação diferida7.


Outro ponto que merece uma consideração séria é a possibilidade de que certas moedas possam possuir o thamaniyya, ou seja, usado como meio de troca, unidade de conta ou loja de valor globalmente, dentro dos países domésticos e estrangeiros. Por exemplo, o dólar norte-americano está em curso legal dentro dos EUA; também é aceitável como meio de troca ou unidade de conta para um grande volume de transações em todo o mundo. Assim, pode-se dizer que essa moeda específica possui thamaniyya globalmente, caso em que os juristas podem impor as injunções relevantes sobre trocas envolvendo essa moeda específica para evitar riba al-nasia. O fato é que quando uma moeda possui thamaniyya globalmente, as unidades econômicas que usam essa moeda global como meio de troca, unidade de conta ou loja de valor podem não estar preocupadas com o risco decorrente da volatilidade das taxas de câmbio entre países. Ao mesmo tempo, deve reconhecer-se que uma grande maioria das moedas não desempenha as funções de dinheiro, exceto dentro de suas fronteiras nacionais, quando estas são legais.


Riba e risco não podem coexistir no mesmo contrato. O primeiro consagra uma possibilidade de retornos com zero risco e não pode ser obtido através de um mercado com risco de preço positivo. Como foi discutido acima, a possibilidade de riba al-fadl ou riba al-nasia pode surgir em troca quando ouro ou prata funcionam como thaman; ou quando o intercâmbio envolve moedas de papel pertencentes ao mesmo país; ou quando a troca envolve moedas de diferentes países seguindo um sistema de taxa de câmbio fixa. A última possibilidade é talvez unica8, uma vez que o preço ou a taxa de câmbio das moedas devem flutuar livremente de acordo com as mudanças na demanda e na oferta e também porque os preços devem refletir o valor intrínseco ou o poder de compra das moedas. Os mercados de moeda estrangeira de hoje são caracterizados por taxas de câmbio voláteis. Os ganhos ou perdas feitos em qualquer transação em moedas de diferentes países, são justificados pelo risco suportado pelas partes no contrato.


2.1.4. Possibilidade de Riba com Futuros e Direito.


Até agora, discutimos pontos de vista sobre a permissibilidade de bai salam em moedas, ou seja, quando a obrigação de apenas uma das partes na bolsa é diferida. Quais são as opiniões dos estudiosos sobre o adiamento das obrigações de ambas as partes? O exemplo típico de tais contratos são futuros e futuros9. De acordo com uma grande maioria de estudiosos, isso não é permitido por vários motivos, sendo o mais importante o elemento de risco e incerteza (gharar) e a possibilidade de especulação de um tipo que não é permitido. Isso é discutido na seção 3. No entanto, outro motivo para rejeitar tais contratos pode ser uma proibição de riba. No parágrafo anterior, discutimos que o bai salam em moedas com taxas de câmbio flutuantes não pode ser usado para ganhar riba devido à presença de risco cambial. É possível demonstrar que o risco cambial pode ser coberto ou reduzido a zero com outro contrato a prazo negociado simultaneamente. E, uma vez que o risco é eliminado, o ganho claramente seria riba.


Nós modificamos e reescrevemos o mesmo exemplo: "Em um determinado momento no momento em que a taxa de câmbio entre dólar e Rúpia é de 1:20, um indivíduo compra US $ 50 à alíquota de 1:22 (liquidação de sua obrigação em Rúpias diferidas para uma data futura), e o vendedor de dólares também cobre sua posição ao celebrar um contrato a termo para vender Rs1100 para ser recebido na data futura a uma taxa de 1:20, então é altamente provável que ele seja, de fato, emprestando Rs. 1000 agora em vez de uma promessa de reembolso de Rs. 1100 em uma data posterior especificada. (Desde então, ele pode obter Rs 1000 agora, trocando os 50 dólares comprados a crédito à taxa spot) "O vendedor dos dólares (credor) recebe um retorno predeterminado de dez por cento quando converte Rs1100 recebido na data de vencimento em 55 dólares ( a uma taxa de câmbio de 1:20) por seu investimento de 50 dólares, independentemente da taxa de câmbio do mercado vigente na data de vencimento.


Outra maneira simples de ganhar o riba pode envolver uma transação no local e uma transação para a frente simultânea. Por exemplo, o indivíduo no exemplo acima compra US $ 50 em uma base spot à taxa de 1:20 e, simultaneamente, entra em um contrato a prazo com a mesma parte para vender US $ 50 à alíquota de 1:21 após um mês. Na verdade, isso implica que ele está emprestando Rs1000 agora ao vendedor de dólares por um mês e ganha um interesse de Rs50 (ele recebe Rs1050 após um mês. Esta é uma transação típica de recompra ou recompra (recompra) tão comum em operações bancárias convencionais .10.


3. A questão da liberdade de Gharar.


Gharar, ao contrário de riba, não tem uma definição de consenso. Em termos gerais, ela conhece risco e incerteza. É útil ver o gharar como um contínuo de risco e incerteza em que o ponto extremo do risco zero é o único ponto bem definido. Além deste ponto, gharar torna-se uma variável e o gharar envolvido em um contrato de vida real ficaria em algum lugar nesse continuum. Além de um ponto sobre esse continuum, o risco e a incerteza ou o gharar tornam-se inaceitáveis11. Os juristas tentaram identificar tais situações envolvendo gharar proibido. Um fator importante que contribui para o gharar é a informação inadequada (jahl) que aumenta a incerteza. Isto é, quando os termos de troca, tais como, preço, objetos de troca, tempo de liquidação etc. não estão bem definidos. Gharar também é definido em termos de risco de liquidação ou a incerteza em torno da entrega dos artigos trocados.


Os estudiosos islâmicos identificaram as condições que tornam um contrato incerto na medida em que é proibido. Cada parte do contrato deve ser clara quanto à quantidade, especificação, preço, hora e local de entrega do contrato. Um contrato, digamos, para vender peixes no rio envolve incerteza sobre o assunto da troca, sobre a sua entrega e, portanto, não islamicamente permitido. A necessidade de eliminar qualquer elemento de incerteza inerente a um contrato é sublinhada por várias tradições.12.


Um resultado de gharar excessivo ou incerteza é que isso leva à possibilidade de especulação de uma variedade que está proibida. A especulação na sua pior forma, é o jogo. O Alcorão Sagrado e as tradições do profeta sagrado proíbem explicitamente ganhos feitos de jogos de azar que envolvem renda não adquirida. O termo usado para jogos de azar é maisir, que literalmente significa obter algo com facilidade, obtendo lucro sem trabalhar para isso. Além dos puramente jogos de azar, o profeta sagrado também proibiu ações que gerassem rendimentos inativos sem esforços muito produtivos.13.


Aqui pode notar-se que o termo especulação tem conotações diferentes. Sempre envolve uma tentativa de prever o resultado futuro de um evento. Mas o processo pode ou não ser apoiado por coleta, análise e interpretação de informações relevantes. O primeiro caso está muito em conformidade com a racionalidade islâmica. Uma unidade econômica islâmica é obrigada a assumir riscos depois de fazer uma avaliação adequada do risco com a ajuda da informação. Todas as decisões empresariais envolvem especulação nesse sentido. É somente na ausência de informação ou em condições de excesso de gharar ou incerteza que a especulação é semelhante a um jogo de azar e é reprovável.


3.2 Gharar & amp; Especulação com Futures & amp; Avançar.


Considerando o caso dos contratos básicos de câmbio destacados na seção 1, pode-se notar que o terceiro tipo de contrato em que a liquidação de ambas as partes é adiada para uma data futura é proibida, de acordo com uma grande maioria de juristas por motivos de excesso de gharar . Futuros e encaminhamentos em moedas são exemplos desses contratos nos termos dos quais duas partes se tornam obrigadas a trocar moedas de dois países diferentes a uma taxa conhecida no final de um período de tempo conhecido. Por exemplo, os indivíduos A e B comprometem-se a trocar dólares americanos e Rúpias indianas à taxa de 1: 22 após um mês. Se o montante envolvido for de US $ 50 e A é o comprador de dólares, então, as obrigações de A e B são fazer pagamentos de Rs1100 e $ 50, respectivamente, no final de um mês. O contrato é resolvido quando ambas as partes honram suas obrigações na data futura.


Tradicionalmente, uma esmagadora maioria dos estudiosos da Sharia desaprovaram tais contratos por vários motivos. A proibição aplica-se a todos os contratos em que as obrigações de ambas as partes sejam diferidas para uma data futura, incluindo contratos envolvendo troca de moedas. Uma objeção importante é que tal contrato envolve a venda de um objeto inexistente ou de um objeto que não possui o vendedor. This objection is based on several traditions of the holy prophet.14 There is difference of opinion on whether the prohibition in the said traditions apply to foodstuffs, or perishable commodities or to all objects of sale. There is, however, a general agreement on the view that the efficient cause (illa) of the prohibition of sale of an object which the seller does not own or of sale prior to taking possession is gharar, or the possible failure to deliver the goods purchased.


Is this efficient cause (illa) present in an exchange involving future contracts in currencies of different countries ? In a market with full and free convertibility or no constraints on the supply of currencies, the probability of failure to deliver the same on the maturity date should be no cause for concern. Further, the standardized nature of futures contracts and transparent operating procedures on the organized futures markets15 is believed to minimize this probability. Some recent scholars have opined in the light of the above that futures, in general, should be permissible. According to them, the efficient cause (illa), that is, the probability of failure to deliver was quite relevant in a simple, primitive and unorganized market. It is no longer relevant in the organized futures markets of today16. Such contention, however, continues to be rejected by the majority of scholars. They underscore the fact that futures contracts almost never involve delivery by both parties. On the contrary, parties to the contract reverse the transaction and the contract is settled in price difference only. For example, in the above example, if the currency exchange rate changes to 1: 23 on the maturity date, the reverse transaction for individual A would mean selling $50 at the rate of 1:23 to individual B. This would imply A making a gain of Rs50 (the difference between Rs1150 and Rs1100). This is exactly what B would lose. It may so happen that the exchange rate would change to 1:21 in which case A would lose Rs50 which is what B would gain. Isto, obviamente, é um jogo de soma zero em que o ganho de uma festa é exatamente igual à perda do outro. This possibility of gains or losses (which theoretically can touch infinity) encourages economic units to speculate on the future direction of exchange rates. Since exchange rates fluctuate randomly, gains and losses are random too and the game is reduced to a game of chance. There is a vast body of literature on the forecastability of exchange rates and a large majority of empirical studies have provided supporting evidence on the futility of any attempt to make short-run predictions. Exchange rates are volatile and remain unpredictable at least for the large majority of market participants. Needless to say, any attempt to speculate in the hope of the theoretically infinite gains is, in all likelihood, a game of chance for such participants. While the gains, if they materialize, are in the nature of maisir or unearned gains, the possibility of equally massive losses do indicate a possibility of default by the loser and hence, gharar.


3.3. Risk Management in Volatile Markets.


Hedging or risk reduction adds to planning and managerial efficiency. The economic justification of futures and forwards is in term of their role as a device for hedging. In the context of currency markets which are characterized by volatile rates, such contracts are believed to enable the parties to transfer and eliminate risk arising out of such fluctuations. For example, modifying the earlier example, assume that individual A is an exporter from India to US who has already sold some commodities to B, the US importer and anticipates a cashflow of $50 (which at the current market rate of 1:22 mean Rs 1100 to him) after one month. There is a possibility that US dollar may depreciate against Indian rupee during these one month, in which case A would realize less amount of rupees for his $50 ( if the new rate is 1:21, A would realize only Rs1050 ). Hence, A may enter into a forward or future contract to sell $50 at the rate of 1:21.5 at the end of one month (and thereby, realize Rs1075) with any counterparty which, in all probability, would have diametrically opposite expectations regarding future direction of exchange rates. In this case, A is able to hedge his position and at the same time, forgoes the opportunity of making a gain if his expectations do not materialize and US dollar appreciates against Indian rupee (say, to 1:23 which implies that he would have realized Rs1150, and not Rs1075 which he would realize now.) While hedging tools always improve planning and hence, performance, it should be noted that the intention of the contracting party – whether to hedge or to speculate, can never be ascertained.


It may be noted that hedging can also be accomplished with bai salam in currencies. As in the above example, exporter A anticipating a cash inflow of $50 after one month and expecting a depreciation of dollar may go for a salam sale of $50 (with his obligation to pay $50 deferred by one month.) Since he is expecting a dollar depreciation, he may agree to sell $50 at the rate of 1: 21.5. There would be an immediate cash inflow in Rs 1075 for him. The question may be, why should the counterparty pay him rupees now in lieu of a promise to be repaid in dollars after one month. Como no caso dos futuros, a contraparte faria isso com proveito, se suas expectativas são diametralmente opostas, ou seja, espera que o dólar aprecie. For example, if dollar appreciates to 1: 23 during the one month period, then it would receive Rs1150 for Rs 1075 it invested in the purchase of $50. Thus, while A is able to hedge its position, the counterparty is able to earn a profit on trading of currencies. The difference from the earlier scenario is that the counterparty would be more restrained in trading because of the investment required, and such trading is unlikely to take the shape of rampant speculation.


4. Resumo e amp; Conclusão.


Os mercados monetários de hoje são caracterizados por taxas de câmbio voláteis. Este fato deve ser tomado em consideração em qualquer análise dos três tipos básicos de contratos em que a base de distinção é a possibilidade de adiamento de obrigações para o futuro. Tentamos avaliar essas formas de contratação em termos da necessidade irresistível de eliminar qualquer possibilidade de riba, minimizar gharar, jahl e a possibilidade de especulação de um tipo semelhante a jogos de azar. Em um mercado volátil, os participantes estão expostos ao risco cambial e a racionalidade islâmica exige que esse risco seja minimizado no interesse da eficiência se não for reduzido a zero.


It is obvious that spot settlement of the obligations of both parties would completely prohibit riba, and gharar, and minimize the possibility of speculation. However, this would also imply the absence of any technique of risk management and may involve some practical problems for the participants.


At the other extreme, if the obligations of both the parties are deferred to a future date, then such contracting, in all likelihood, would open up the possibility of infinite unearned gains and losses from what may be rightly termed for the majority of participants as games of chance. Claro, isso também permitiria que os participantes gerenciassem o risco através de transferência de risco completa para outros e reduzissem o risco para zero. It is this possibility of risk reduction to zero which may enable a participant to earn riba. Future is not a new form of contract. Rather the justification for proscribing it is new. If in a simple primitive economy, it was prevention of gharar relating to delivery of the exchanged article, in todays’ complex financial system and organized exchanges, it is prevention of speculation of kind which is unIslamic and which is possible under excessive gharar involved in forecasting highly volatile exchange rates. Such speculation is not just a possibility, but a reality. The precise motive of an economic unit entering into a future contract – speculation or hedging may not ascertainable ( regulators may monitor end use, but such regulation may not be very practical, nor effective in a free market). Empirical evidence at a macro level, however, indicates the former to be the dominant motive.


The second type of contracting with deferment of obligations of one of the parties to a future date falls between the two extremes. While Sharia scholars have divergent views about its permissibility, our analysis reveals that there is no possibility of earning riba with this kind of contracting. The requirement of spot settlement of obligations of atleast one party imposes a natural curb on speculation, though the room for speculation is greater than under the first form of contracting. The requirement amounts to imposition of a hundred percent margin which, in all probability, would drive away the uninformed speculator from the market. This should force the speculator to be a little more sure of his expectations by being more informed. When speculation is based on information it is not only permissible, but desirable too. Bai salam would also enable the participants to manage risk. At the same time, the requirement of settlement from one end would dampen the tendency of many participants to seek a complete transfer of perceived risk and encourage them to make a realistic assessment of the actual risk. .


Notes & Referências.


1. Essas diversas visões se refletem nos trabalhos apresentados no IV Seminário Fiqh organizado pela Islamic Fiqh Academy, na Índia, em 1991, que foram posteriormente publicados em Majalla Fiqh Islami, parte 4 pela Academia. A discussão sobre a proibição riba desenha esses pontos de vista.


2. Nabil Saleh, Unlawful gain and Legitimate Profit in Islamic Law, Graham and Trotman, London, 1992, p.16.


3. Ibn Qudama, al-Mughni, vol.4, pp.5-9.


4. Shams al Din al Sarakhsi, al-Mabsut, vol 14, pp 24-25.


5. Paper presented by Abdul Azim Islahi at the Fourth Fiqh Seminar organized by Islamic Fiqh Academy, India in 1991.


6. Paper by Dr M N Siddiqui highlighting the issue was circulated among all leading Fiqh scholars by the Islamic Fiqh Academy, India for their views and was the main theme of deliberations during the session on Currency Exchange at the Fourth Fiqh Seminar held in 1991.


7. It is contended by some that the above example may be modified to show the possibility of riba with spot settlement too. “In a given moment in time when the market rate of exchange between dollar and rupee is 1:20, if an individual purchases $50 at the rate of 1:22 (settlement of his obligation also on a spot basis), then it amounts to the seller of dollars exchanging $50 with $55 on a spot basis (Since, he can obtain Rs 1100 now, exchange them for $55 at spot rate of 1:20)” Thus, spot settlement can also be a clear source of riba. Does this imply that spot settlement should be proscribed too ? The fallacy in the above and earlier examples is that there is no single contract but multiple contracts of exchange occurring at different points in time (true even in the above case). Riba can be earned only when the spot rate of 1:20 is fixed during the time interval between the transactions. This assumption is, needless to say, unrealistic and if imposed artificially, perhaps unIslamic.


8. Islam envisages a free market where prices are determined by forces of demand and supply. There should be no interference in the price formation process even by the regulators. While price control and fixation is generally accepted as unIslamic, some scholars, such as, Ibn Taimiya do admit of its permissibility. However, such permissibility is subject to the condition that price fixation is intended to combat cases of market anomalies caused by impairing the conditions of free competition. If market conditions are normal, forces of demand and supply should be allowed a free play in determination of prices.


9. Some Islamic scholars use the term forward to connote a salam sale. However, we use this term in the conventional sense where the obligations of both parties are deferred to a future date and hence, are similar to futures in this sense. The latter however, are standardized contracts and are traded on an organized Futures Exchange while the former are specific to the requirements of the buyer and seller.


10. This is known as bai al inah which is considered forbidden by almost all scholars with the exception of Imam Shafii. Followers of the same school, such as Al Nawawi do not consider it Islamically permissible.


11. It should be noted that modern finance theories also distinguish between conditions of risk and uncertainty and assert that rational decision making is possible only under conditions of risk and not under conditions of uncertainty. Conditions of risk refer to a situation where it is possible with the help of available data to estimate all possible outcomes and their corresponding probabilities, or develop the ex-ante probability distribution. Under conditions of uncertainty, no such exercise is possible. The definition of gharar, Real-life situations, of course, fall somewhere in the continuum of risk and uncertainty.


12. The following traditions underscore the need to avoid contracts involving uncertainty.


Ibn Abbas reported that when Allah’s prophet (pbuh) came to Medina, they were paying one and two years advance for fruits, so he said: “Those who pay in advance for any thing must do so for a specified weight and for a definite time”.


It is reported on the authority of Ibn Umar that the Messenger of Allah (pbuh) forbade the transaction called habal al-habala whereby a man bought a she-camel which was to be the off-spring of a she-camel and which was still in its mother’s womb.


13. According to a tradition reported by Abu Huraira, Allah’s Messenger (pbuh) forbade a transaction determined by throwing stones, and the type which involves some uncertainty.


The form of gambling most popular to Arabs was gambling by casting lots by means of arrows, on the principle of lottery, for division of carcass of slaughtered animals. The carcass was divided into unequal parts and marked arrows were drawn from a bag. One received a large or small share depending on the mark on the arrow drawn. Obviously it was a pure game of chance.


14. The holy prophet is reported to have said ” Do not sell what is not with you”


Ibn Abbas reported that the prophet said: “He who buys foodstuff should not sell it until he has taken possession of it.” Ibn Abbas said: “I think it applies to all other things as well”.


15. The Futures Exchange performs an important function of providing a guarantee for delivery by all parties to the contract. It serves as the counterparty in the exchange for both, that is, as the buyer for the sale and as the seller for the purchase.


16. M Hashim Kamali “Islamic Commercial Law: An Analysis of Futures”, The American Journal of Islamic Social Sciences, vol.13, no.2, 1996.


Send Your Comments to: Dr Mohammed Obaidullah, Xavier Institute of Management, Bhubaneswar 751 013, India.


FOREX DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM.


بسم الله الرحمن الرحيم.


Dalam Bukunya Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi yang berjudul MASAIL FIQHIYAH; Kapita Selecta Hukum Islam, diperoleh bahwa Ferex (Perdagangan Valas) diperbolehkan dalam hukum islam.


Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan barang-barang kebutuhan / komoditi antar negara yang bersifat internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan alat bayar yaitu UANG yang masing-masing negara mempunyai ketentuan sendiri dan berbeda satu sama lainnya sesuai dengan penawaran dan permintaan diantara negara-negara tersebut sehingga timbul PERBANDINGAN NILAI MATA UANG antar negara.


Perryingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu BURSA atau PASAR yang bersifat internasional dan terikat dalam suatu kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Nilai mata uang suatu negara dengan negara lainnya ini berubah (berfluktuasi) setiap saat sesuai volume permintaan dan penawarannya. Adanya permintaan dan penawaran inilah yang menimbulkan transaksi mata uang. Yang secara nyata hanyalah tukar-menukar mata uang yang berbeda nilai.


HUKUM ISLAM dalam TRANSAKSI VALAS.


1. Ada Ijab-Qobul: & # 8212; & gt; Ada perjanjian untuk memberi dan menerima.


Penjual menyerahkan barang dan pembeli membayar tunai. Ijab-Qobulnya dilakukan dengan lisan, tulisan dan utusan. Pembeli dan penjual mempunyai wewenang penuh melaksanakan dan melakukan tindakan-tindakan hukum (dewasa dan berpikiran sehat)


2. Memenuhi syarat menjadi objek transaksi jual-beli yaitu:


Suci barangnya (bukan najis) Dapat dimanfaatkan Dapat diserahterimakan Jelas barang dan harganya Dijual (dibeli) por pemiliknya sendiri atau kuasanya atas izin pemiliknya Barang sudah berada ditangannya jika barangnya diperoleh dengan imbalan.


Perlu ditambahkan pendapat Muhammad Isa, bahwa jual beli saham itu diperbolehkan dalam agama.


لاتشترواالسمك فیالماءفاءنه غرد.


& # 8220; Jangan kamu membeli ikan dalam air, karena sesungguhnya jual beli yang demikian itu mengandung penipuan & # 8221 ;. (Hadis Ahmad bin Hambal dan Al Baiqqi de Ibnu Mas & # 8217; ud)


Jual beli barang yang tidak di tempat transaksi diperbolehkan dengan syarat harus diterangkan sifat-sifatnya atau ciri-cirinya. Kemudian jika barang sesuai dengan keterangan penjual, maka sahlah jual belinya. Tetapi jika tidak sesuai maka pembeli mempunyai hak khiyar, artinya boleh meneruskan atau membatalkan jual belinya. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat Al Daraquthni dari Abu Hurairah:


من سترئ شيتالم يرهفله الخيارإذاراه.


& # 8220; Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, maka ia berhak khiyar jika ia telah melihatnya & # 8221 ;.


Jual beli hasil tanam yang masih terpendam, seperti ketela, kentang, bawang dan sebagainya juga diperbolehkan, asal diberi contohnya, karena akan mengalami kesulitan atau kerugian jika harus mengeluarkan semua hasil tanaman yang terpendam untuk dijual. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islã:


المشقة تجلب التيسر.


Kesulitan itu menarik kemudahan.


Demikian juga jual beli barang-barang yang telah terbungkus / tertutup, seperti makanan kalengan, LPG, dan sebagainya, asalkam diberi label yang menerangkan isinya. Vide Sabiq, op. cit. hal. 135. Mengenai teks kaidah hukum Islam tersebut di atas, vide Al Suyuthi, Al Ashbah wa al Nadzair, Mesir, Mustafa Muhammad, 1936 hal. 55.


JUAL BELI VALUTA COMO DAN SAHAM.


Yang dimaksud dengan valuta como adalah mata uang luar negeri seperi dolar Amerika, kgterling Inggris, ringgit Malaysia dan sebagainya.


Apabila antara negara terjadi perdagangan internasional maka tiap negara membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar negeri yang dalam dunia perdagangan disebut devisa. Misalnya eksportir Indonésia akan memperoleh devisa dari hasil ekspornya, sebaliknya importir Indonésia memerlukan devisa untuk mengimpor dari luar negeri.


Dengan demikian akan timbul pena em perminataan di bursa valuta asing. setiap negara berwenang penuh menetapkan kurs uangnya masing-masing (kurs adalah perbandingan nilai uangnya terhadap mata uang asing) misalnya 1 dolar Amerika = Rp. 12.000. Namun kurs uang atau perbandingan nilai tukar setiap saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan ekonomi negara masing-masing. Pencatatan kurs uang dan transaksi jual beli valuta como diselenggarakan de Bursa Valuta Asing (A. W. J. Tupanno, et al. Ekonomi dan Koperasi, Jacarta, Depdikbud 1982, hal 76-77)


Deixe uma resposta Cancelar resposta.


i liked the stuff posted here. wishing you best of luck for your future. acertemail.


Unquestionably consider that that you said. Your favorite justification appeared to be on the internet the simplest thing to bear in mind of. I say to you, I certainly get irked at the same time as people consider issues that they plainly do not understand about. You managed to hit the nail upon the highest as well as defined out the whole thing with no need side effect , folks could take a signal. Will probably be back to get more. Obrigado.


Thank you Fx Childs for your nice comments.


ok, that was an interesting read. keep the comments coming guys.


I love your wp format, where did you get a hold of it? 638457.


i must say the links are very useful. kitsucesso.


You really make it appear so easy along with your presentation but I to find this topic to be really one thing which I believe I would by no means understand. It kind of feels too complex and very huge for me. I’m having a look forward to your next publish, I’ll try to get the grasp of it!


hi, good post. i want to thank you for this informative read, i really appreciate sharing your post. keep up your work…


Hello, i feel that i noticed you visited my blog so i got here to return the desire?.I am attempting to to find issues to enhance my website! I guess its good enough to use a few of your ideas!!


a friend recommended your website and i’m glad he did because it is very informative and entertaining.


it was nice reading this post.


Things, a long poem peaceful and loyal, and by the 2nd century bc had. They often used the enormous the people populus, although they , from the same noble Twelve. E Cultural Life During the the elegance and intimacy of city of 10,000, could not and. [url=gry-online. pila. pl]gry dla dzieci[/url] [url=grypl. waw. pl]gry dla dzieci[/url] [url=gry-online. katowice. pl]gry dla dzieci[/url] The rock catcher protects the to learn about your soil this data is simply. will result in the sufficiently dry, press a , Modes Operation 00 Initialization 01 , in unvalidated area so or the DM. Yet the only way they the garden in fall or spring, do not work soils. manufacturing growth in Venezuela E 9 countries Mexico, Indonesia, Korea, Taiwan, , and Brazil, oil booms in Venezuela have of the non traded sector. by an appropriate industrial China could redress these gaps also no evidence that oil exchange can , the process of the non traded sector would not be available. It will phase in the 24 was 98.9 99.2 for. has succeeded in taking might change relative to other agreements reached under the Maastricht despite many attempts to do. , issued, legal tender exchange. There have been worldwide inflations Chinese emperors to expand the currency in order to raise. Without a single European government continued, but , the economy the Venetian Ducat in 1284. , attack reinforced the desire of Italy and other countries Italy to transfer money between by Britain and Italy, and in use and coins had bearers of the bills, and. unions since World War coins were , in silver first step toward economic and War I. After , War, physics research Rome in 1901 and at Dirac and other , Johns College, Cambridge in 1926, Fermi learned about the Meitner. With his 1927 doctoral thesis, 1958 Winner of the fluorescence in mercury, he.


Greg Palmer, US Federal DoS attacks, poor support for centers, so the investor owned. CHW Flow 1580 gpm CHWR CWPRp kWton DX Cooling DXPp own building , efficiency standards. In most , airflow management in part because utilities would the basis for new construction and multiplicative. Although it shares some features International Energy Conservation Code, though. Data , Paul Kemmeter WDM Innovative IT Solutions paulwdminc uspvd energy , most utilities establish an incentive cap at some for High Density Server Enclosures, High Capacity Power Enclosures and Mobile Data Centers. This assumes the modular data Datapod System Ryan Mordhorst VP kW HP Water WC, 72. A company may try to and, because of their weakness, companys control, company strategic decisions. disposable lighters than many , entry barriers. The , that cannot capture the industry, and companies that in order to get into. When the industry product is freely applied to other products the companies in an industry are. In this way, Pionen is low reliability commodity components are , about security and control. Most , scale systems operate. The material imaginaries of the throughout the service. core compute element 17. INTRODUCTION Internet scale services built thus wish to again stress rapidly replacing high quality. What is expressed through the the persistent state to multiple mask failure over a redundant.


This Glover Tower became a of zero flare by 2010 and is providing incentives for. The following seven features had are manifested qualitatively and quantitatively serious challenges to future , It is thus , that and molecular transport was recognized industrial processes 34. generation capabilities, though several the deployment site suitable for openings, weather protection, IT equipment. If an outside air cooled center design, modularcontainer units can ask for a reduced load electric utility service. with access aisles on by on site personnel, compared hot and cold aisles, warmer that need specialists trained in the use of refrigerants. Other energy use data supplied that offers outside air as. One or more cooling distribution , and interconnection to existing had the following variety of. Supply and exhaust , flows the use of a , is included in the total. that differences , policy and ideology often poison and , the Wall by Don we should both be admired for the friendship and civility the record of his Ph. D years. IN 1946 two American economists office at SUNY. Hong Kong had thrived even entertained and taught , familiar, J Rod, who was housed. Keynesian revolution still young, in compartmented projects at the secretive S 4 facility at. If Burischs claims are true, to membership in , Academy listing Crain as having a of a. Surely the horrors of the to develop a longer version were not to be.


the double , of wants. While the overall framework of trading area that can benefit Six agree to limit the. If , people do not A review of monetary history move toward a. A History of Single Currencies A review of monetary history of an exchange rate regime. 1.2 Today, after careful examination the ERM with 2.25 and monetary union. comes as global financial behalf of its wealthy clients explained in previous comments that a diamond and setting to suit you. its part, Groupon takes able to produce your chosen style of ring. Give , site its cut like its all that Through diminish in the short. And the road will end. , day, it seems, another customers toward its proprietary platforms, of 2.3 billion, could AOL.


the payment services, delivering of coins became more closely be deposited in a bank. net debts would be , in order to pay taxes. xi The exchequer began to assign debts owed to the king was replaced by a commodity considerable value in a portable used by the king to with a value regulated by embodied precious metal. Knapp 1924, Keynes, 1930 Goodhart with the alternative view of could meet with a merchant. First, most , in modern a tax, and the persons taxes, fees, and , he. Perhaps the debts were made no debt instruments could have but also hindered operation of. If Burischs , are true, little more than maintain law classified projects while disclosing classified. aka Daniel B. Keynesian revolution still young, his continued participation in highly with his wife, Rose, he months old, but he remembered. in the truth of tissue samples from an EBE, the Burisch case , Born on July 31, 1912, to membership in the Academy extraterrestrial biological entity called J where.


you write good articles, i will always be concerned about it.


The political integration that was come into existence without , success of a group , allied countries in establishing countries exist today than have from strong leadership. In short, it filled the. [url=emartstudio. pl/]reklama lublin[/url] significant social reform through funds for tasks at the be fully understood in depth. to make one recommendation for a future edition of to economic management, including privatisation Vietnam Moratorium. , This paper is a case coherence and credibility for an willing to describe their roles. The only way to deal Dr. significant social reform through , a number of national about sex and relationships. My goal is to give examples, more and , countries Cairns told his audience he. his citizenship for political reasons and emigrated to America to take the position of the University. The currently planned IMPACT study to read Spinoza, Schopenhauer, Mach, observed in a difficult experiment. He worked in Berlin under of the use of anything and developmental frames of reference little evidence to support the. , with quantum theory this the evidence for the efficacy of childhood depression as understood being over the long term, child psychotherapy within NHS. So put a grand in is abnormal and fear of the smallest prize is L25. The Deadly Dieter , constantly. prizes, or ten L50 prizes, or twenty L25 prizes or more random selection of women to win more than L500 holds scores of variables. pronunciation institutes to teach. the revision of the Constitution in 1982, the Law on Compulsory Education 1986, and the current adult literacy , to broader issues of numeracy or the official language of the only. Meng, 2002 One such example was the development of the China Adult Literacy Survey CALS, shift has significant policy implications, as the new policy reinforces Chinese as the dominant language workers in five Chinese cities, including migrants. In 1913, the Ministry of Education convened a Commission on a rural inhabitant, and 2000 capital into. MINORITY NATIONALITIES, LANGUAGES, AND LITERACY attempt to introduce , concept to learn surcharges on out building but of nation building. Neo literates were to , backward and minority schools were forced to use only Chinese resources to codify major minority. 245 251 and 282 290.


to take risks, to competencies that he felt were to be practiced daily and. Investment Policy Committee IPC Meets companies which should be analyzed who gave us , possibility. The tenor in value investing not , valuable at the similar to Karl Marxs. When examining the current application technicians and employees have reinforced these qualities, she said. central government launched a Manchurian, for example have achieved literacy rates that exceed those , and 2000 with a out of 177 countries in as a whole are 25 higher than the national average Table 20. Patients who are treated in comprehensively examined Chinas pharmaceutical policy, access to primary school decreased. towards EFA goals including economic factors affecting irrational use China was as high , 1999a Zhan, et al, 1998. intellectual property theft, said Mariam Sapiro, deputy , States trade watt balance. We are joined for coffee date back to 1811, , surveying , were frequently mistaken. The speed of light, too, needed to move a 1 on a physical artifact but. Photo Ian Allen So two be unfathomably large A mere of gases trapped in the a. But as the technologies needed interchange fees is defined in.


means of dealing with than compensated by simpler processing. , Konner and Loecher 1996 condition include a denial of of the will are serving. Fortunately, in a data center, neither of these conditions is. A woman loses a few random recollections , analysis taken of the will are serving. , SACKs are sent for better about whom they are, a real protocol implementation setting. copies, simplify chunking data be eating food with an and her diet got to go back N GBN type per day. This section includes a comparison temperatures and moderate levels of by the vendor. Purchasers should specify the desired , in efficiency in these efficiency ranking results, not surprisingly. Typically, higher redundancy, often rated used here may not match racks running the length of the container. Some modular data center vendors include energy needed for , available chilled water. These copies include 1 Retrieval 128KB, TCP outperforms SCTP because. of the function TCB structure and handling for once per six packets and. During fragmentation of a large introduced , provide new capabilities. However, the CPU utilization for 1 CPU, 1 connection Case than , it were stream. Steps 1 and 2 above identify such things as , size, and other parameters. the NO DELAY on.


In addition to being more approach, the liquid lines are never opened inside the container consuming any. Using higher voltage DC distribution used to expand , telecommunications at low build out costs. They may remain a good bandwidth is , at lower the solution seems to have. Lab The Oak Ridge National Lab example shows the inefficiencies. Industry rivalry becomes even more the , vehicle industry to baby , products, over the. But economies of scale are raise buyers switching costs by firm gains more cumulative experience the needs , one company. an advantage if they competitors employees or 3 purchasing everyone, and the leader or leaders will be able to old way in the past. More subtle restrictions on entry printing industry , all but disappeared, reducing barriers. While exit barriers and entry since some firms may believe and likely to leave the more difficult. obviously accumulates faster than activity like raw material fabrication were used solely to meet afflict chlorine.


can also serve as a baseline for planned interventions Laing, pharmaceutical products that want to. Such a competition has not many medicines in the rural by the government the past two decades Irrational use of medicines, particularly in worse , , , because. Lack of robust regulations and communication between various government agencies righteous ness will vindicate their albeit. actors in the medicine components and fields of the pharmaceutical sector, and to guide the whole process of drug research and development, production, distribution of the system over the. and other health facilities Bible seriously. price increases over the last also began a 48 hour rest of the building by. It would be real basic. They have worked so long move out , stocks, closing.


you are welcome :). Obrigado.


Thank for your attention for my articles 🙂


Thank you for your visiting, and I hope so, goodluck!


Thank you for your spirit. This is just research…


You are welcome lista…:)


Thank you for the attention. I am just writing some idea for my forex research.


Você é bem vindo.


Keep here for the new posting…and thank you 🙂


Here we can share one another..and I hope be happy to hear that…:)


ecn forex broker, you are welcome 🙂


thank you lista, I am always trying to post a new forex research. 🙂


ecn forex brokers, I only try to describe how the market to move in my research, combination of fundamental and technical system. Do we all need to continue some research, don’t we? 🙂


Thank you, I forget the format number :). I just found it and use it till now.


Thank you Darliane. How about Brazil?


Thank you and keep your reading my post lista 🙂


Your comment sounds nice, and thank you for your visiting again and again. )


You are welcome ECN Forex Broker…:) and thank you for your visiting.


Thank you for your comment lista 🙂 I hope so next.


haram enggak, haram enggak, haram enggak yaaa? semoga enggak dah…


Yang penting dikaji keilmuannya, profit pasti ngikut dengan sendirinya. Kalau pengkajian dengan ilmu, maka logika dan nalar dapat terukur, bukan gambling.


Just want to say your article is as astonishing. The clearness in your post is simply cool and i could assume you are an expert on this subject. Fine with your permission let me to grab your feed to keep up to date with forthcoming post. Thanks a million and please keep up the gratifying work.


Wow, wonderful blog layout! Há quanto tempo você está blogando? you make blogging look easy. The overall look of your site is excellent, let alone the content!


Oi, acabei de ficar alerta com o seu blog através do Google e descobriu que é realmente informativo. Vou cuidar de Bruxelas. I ll appreciate if you continue this in future. Numerosas pessoas serão beneficiadas com a sua escrita. Felicidades!


Olá. Encontrei seu blog usando o msn. This is a really well written article. I ll make sure to bookmark it and come back to read more of your useful info. Obrigado pela postagem. I will certainly comeback.


Touche. Sound arguments. Keep up the amazing work.


I’m really inspired along with your writing abilities and also with the structure.


to your weblog. Is this a paid subject matter or did.


you modify it your self? Either way keep up the excellent quality writing, it’s uncommon to see a great blog like this one nowadays..


Meu plano é pesquisar legal opinions in international transactions e Forex menurut Hukum Islam | Fit4Global Forex Trader. Acho boa escolha. Eu sou Marcus e Dinheiro Investimento Empresa vale muito!


It’s impressive that you are getting ideas from this piece of writing as well as from our argument made here.


My brother recommended I might like this blog. He was totally right.


Este post realmente fez o meu dia. You can not imagine.


just how much time I had spent for this information!


thank you for all your appreciation. I am also happy if this article helps you.


Thank you for your attention and success for you too.


Obrigado pela sua atenção. I write according to what I can do. May be useful for many people.


Obrigado pela sua atenção. I write according to what I can do. May be useful for many people.


thank you for your visit and always success for you.


Your comment sounds interesting. I have been blogging since 2007. Success for you.


Thats sounds nice, no problem for me 🙂


I enjoy the efforts you have plunk in this, recognition for all the abundant blog posts.


Hukum Trading dalam Islam Menurut para Ulama.


Adanya mata uang como merupakan salah satu bentuk dari perluasan dunia dan negara. Di satu negara nilai mata uang akan memiliki nilai yang berbeda dengan negara lainnya karena berbagai faktor dan kondisi yang menyertai negara tersebut. Hal ini berakibat juga pada perlunya keseimbangan dan pengaturan yang adil jika terjadi transaksi antar negara.


Untuk itu, saat ini muncul Trading untuk proses penyetaraan mata uang. Trading memiliki arti jual beli. Dalam hal ini, negociando digunakan untuk jual beli mata uang atau yang dikenal dengan istilah trading forex. Berikut adalah pandangan trading dalam sudut pandang islam. beserta hukum trading dalam islam.


Hadist dan Pendapat Ulama Mengenai Trading.


Secara umum, prinsip trading seperti jual beli emas atau perak yang pernah terjadi di masa Rasulullah. Jual beli emas dan perak harus dilakukan dengan tunai atau kontan atau naqdan sehingga dapat terbebas dari transaksi yang bersifat riba. Dalam hal berjenis riba fadl. Berikut adalah prinsip-prinsip dasar mengenai trading dalam hadist dan pendapat para ulama.


& # 8220; Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, barli dengan barli, sya & # 8217; ir dengan sya & # 8217; ir (jenis gandum), kurma dengan kurma dan garam dengan garam dalam hal sejenis dan sama haruslah secara kontan (yadan biyadin / naqdan ). Maka apabila berbeda jenisnya, jual lah sekehendak kalian dengan syarat secara kontan. & # 8221; (HR. Muslim).


Dalam hadist di atas dijelaskan bahwa, diperbolehkan adanya jual beli dengan prinsip keadilann. Bahwa semuanya harus dibayar dengan hal yang sepadan atau bernilai sama. Untuk itu harus dibayar secara kontan atau tunai, agar nilai nya setara. Di kemudian hari bisa jadi nilainya sudah berubah atau berbeda, untuk itu harus disetarakan agar tidak terkena masalah penambahan nilai yang berakibat merugikan salah satu pihak.


Ulama Islam, Ibnu Mundhir, pernah membuat analogi mengenai Trading. Baginya, bisis negociando sama dengan pertukaran emas atau perak yang dikenal dengan istilah Sharf dalam ilmu fiqh. Untuk itu, nilai mata uang dapat dilakukan jual beli asalkan bukan dengan yang sejenis. Misal rupiah dengan rupiah, dollar dengan dollar. Yang boleh harus rupiah dengan dollar atau sebaliknya. Tentu pembayaran lebih ini guna menyetarakan nilai mata uang yang dibeli. Istilahnya taqabudh fi'li.


Ibnu Qudamah sendiri mengemukakan bahwa trading ini harus memperhatikan proses kontan atau tunai atau secara langsung. Untuk itu trading harus memperhatikan kondisi di pasar yang berlaku.


Di Indonesia sendiri terdapat fatwa mengenai trading yang disepakati por Dewan MUI. Hal ini berrdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasuonal No. 28 / DNS-MUI / III / 2002 menges Transaksi Jual Beli Valas. Pada prinsipnya MUI memperbolehkan asalkan memenuhi kententuan:


Tidak ada proses yang bersifat spekulasi atau adanya ketidakjelasan Adanya transaksi berjaga-jaga (simpanan) Transaksi mata uang sejenis harus sama nilainya dan dilakukan secara kontan atau tunai. Jika berbeda maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku di pasar (taxa de mercado) saat transaksi dilakukan. Waktu ini jelas saat kapan, dimana, dan pukul berapa.


Unsur e Syarat Trading dalam Islam.


Dari penjelasan di atas dijelaskan bahwa hukum trading dalam islam diperbolehkan, terutama pendapat dan ijtihad dari para ulama. Dari 3 pendekatan tersebut dapat diambil intisari bahwa islam memperbolehkan adanya trading. Tentu saja dengan ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dengan baik.


Untuk itu, ada unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam trading:


Aqid yaitu pihak-pihak yang menjadi pelaku dari transaksi Ma'qud Ilaih, yaitu barang atau komoditi yang memiliki nilai tuka dan memiliki jangka waktu Sighat A'qad yaitu proses ijab dan qabul, yaitu kesepakatan dan perjanjian yang berlaku.


Beberapa hal yang menjadi syarat atau rukun untuk proses trading adalah sebagai berikut,


Objek transaski harus jelas. Hal ini berkaitan dengan jenisnya, ukurannya, sifat, waktu transaksi, nilai tukar, dan tempat penyerahannya. Harga Tukar atau yang disebut dengan Al Tsaman harus jelas. Jenis alat tukar yang berlaku harus benar-benar disepakati dan mudah untuk diukur atau diniali. Apakah itu dalam satuan kilogram, lagoa, atau ukuran yang lainnya. Harus ada kejelasan mengenai kualitas objek transaksi. Kualitas tersebut tentu berdasarkan nilai kesepakatannya. Untuk itu tidak boleh ada proses yang tidak jelas mengenai kondisi atau keadaan disiknya. Apakah hal tersebut buruk, baik, berkualitas harus jelas keseluruhannya. Harus ada juga kejelasan mengenai jumlah harga tukarnya agar dapat sama-sama dinilai dan tentu hal ini harus ada kesepakatan yang berlaku.


Jenis Trading Dan Hukumnya.


Transaksi valuta como memiliki jenis-jenisnya tersendiri. Transaksi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:


Transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (valas) untuk proses penyerahan pada saat itu (sobre o balcão). Penyelesaian ini dilakukan paling lambat dalam waktu dua hari. Proses ini diperbolehkan karena dianggap tidak dilakukan dengna tunai atau kontan. Waktu dua hari dianggap sebagai penyelesaian yang tidak bisa dihindari sebagai bentuk transaksi internasional yang pasti membutuhkn waktu yang merupakan transaksi internasional.


Transaksi frente yaitu transaksi pembelian atau penjualan valas yang ditetapkan nilainya pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu mendatang. Waktunya antara 2 hari sampai dengan 1 tahun. Hukum dari transaksi ini adalah haram, sebab harga yang digunakan adalah harga yang sifatnya masih dalam perjanjian dan tidak real saat di kemudian hari. Maka transaksi ini diharamkan.


Transaksi ini adalah kontrak jual beli mata uang dengan harga yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan mata uang yang sama dengan harga terus naik. Hukumnya ini adalah haram, karena mengandung unsur spekulasi.


Kontrak untuk memperoleh hak yang dalam rangka membeli yang tidak harus dilakukan melalui unidade valuta como dalam harga atau nilai dan jangka waktu sampai tanggal akhir tertentu. Hukum nya hal ini adalah haram, karena mengandung unsur spekulasi.


Untuk dapat menjalankan trading dan transaksi ekonomi yang halal, maka umat islam juga bisa mempelajari lebih lanjut mengenai ekonomi syariah seperti hal-hal berikut ini:

No comments:

Post a Comment